SITUASI ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan dengan indikasi dari melemahnya kinerja ekspor dan nilai tukar rupiah yang anjlok membuat kalangan dunia usaha perlu memperkuat kerja sama dan sinergi antar-organisasi asosiasi/gabungan/himpunan bisnis.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Bidang Koordinator Asosiasi sebagai upaya memperkuat sinergi antar asosiasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang mengalami pelambatan.
Rakernas Kadin kali ini dihadiri Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat, dan Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto.
Darmin Nasution dalam sambutannya di Jakarta, Rabu (16/9) mengatakan bahwa sebetulnya dirinya baru saja pulang dari kunjungan kerja ke Timur Tengah mendampingi Presiden Joko Widodo. “Sebetulnya saya baru pulang tengah malam dari kunjungan kerja di Timur Tengah, tapi saya merasa acara ini penting. Saya ingin mengajak kita untuk membaca situasi kita dewasa ini, kemudian mencoba mengidentifikasi apa yang bisa kita lakukan,” kata Darmin.
Menurutnya, gejolak ekonomi dunia bermula dari krisis yang dialami Amerika Serikat pada 2007 dan 2008. Hal inilah yang memengaruhi seluruh dunia hingga saat ini. “Pada 2007-2008 itu adalah krisis yang kita sebut sebagai asal mulanya. Ada upaya mendorong pemberian kredit murah dan mudah. Akhirnya bablas. Dan seluruh dunia mengalami dampaknya,” kata Darmin.
Dia mengatakan, dengan perekonomian saat ini, Indonesia perlu membuat kebijakan yang berbeda dari Amerika yang dulunya sempat melakukan kebijakan quantitative easing (QE). Pasalnya, tidak semua negara dapat melakukan hal tersebut.
Di Indonesia, lanjut mantan gubernur Bank Indonesia (BI) ini, pengusaha Indonesia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Sebab itu, perlu dilakukan sinergi bagi dunia usaha dan pemerintah dalam membuat kebijakan untuk memperbaiki perekonomian.b”Intinya adalah kita perlu bersinergi. Apa yang kita punya sekarang dengan segala kekurangannya mari coba bikin aturan dan konsolidasikan. Cari pasar yang bisa bersaing,” paparnya.
Sementara Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Koordinator Asosiasi, Noke Kiroyan menyampaikan, asosiasi bisnis perlu dilibatkan secara efektif untuk turut menggerakkan roda perekonomian.
“Asosiasi memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kinerja anggotanya dengan mewujudkan iklim usaha yang kondusif, membuka peluang dan mengembangkan usaha anggotanya. Oleh karena itu asosiasi diharapkan mampu menginisiasi, memfasilitasi dan mendorong terjadinya transaksi bisnis,” ujarnya.
Noke mengatakan, jika seluruh asosiasi mampu menjalankan fungsi tersebut, kegiatan bisnis akan meningkat dan secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto menuturkan, keterpaduan antar asosiasi memang diperlukan untuk memperjuangkan kepentingan asosiasi yang kemudian berdampak besar terhadap perekonomian nasional.
Ia menjelaskan, di Indonesia, peran asosiasi bisnis dalam menghubungkan pengusaha kecil dan pengusaha besar masih belum maksimal.
Hal itu, menurut dia, sangat berbeda dengan yang terjadi di Jepang dimana integrasi kepentingan usaha kecil dan menengah bisa diwakili perusahaan besar atas bantuan asosiasi bisnis.
“Asosiasi perlu terintegrasi untuk menetapkan tujuan dan kepentingan kita bersama karena untuk ciptakan kemakmuran ekonomi, tidak bisa berjalan sendiri,” katanya.
Ia juga mengingatkan, pengusaha perlu kembali ke cita-cita luhur untuk mewujudkan perekonomian yang mensejahterakan rakyat. “Pengusaha Indonesia harus berperan sebagai komponen bangsa yang mewujudkan kemakmuran di bidang perdagangan dan industri,” katanya.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo), Soegiharto Santoso, yang hadir dalam acara ini menyampaikan, nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap Dollar diakui membawa dampak yang luas terhadap bisnis komputer dan teknologi informasi (TI). Perdagangan hardware sedikit terhambat, namun di bidang jasa dan aplikasi, seperti Cloud, hosting, website, e-commerce dan lain sebagainya, terus bertumbuh.
Menurutnya, pebisnis harus pandai memanfaatkan celah di bidang jasa dan aplikasi yang prospeknya masih cerah.
Selain itu menurut Soegiharto, saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah, sektor pendidikan dan swasta untuk kembali menggenjot kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang TI, misalnya melalui pelatihan, workshop ataupun perbaikan kurikulum TI, oleh karenanya APKOMINDO berpartner dengan AP3I (Asosiasi Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Indonesia), KOMISI (Komunitas Sales Indonesia), Yayasan IPWIJA (Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta) dan IAII (Ikatan Ahli Informatikan Indonesia) telah mendirikan LSP KOMPUTER sehingga nantinya kami siap untuk menghadapi MEA 2016.
“Kami di Apkomindo ingin menggugah setiap pihak bahwa investasi di bidang SDM sangat penting. Bagaimanapun situasi ekonomi kita nantinya ke depan, jika kita memiliki SDM yang berkualitas, kreatif dan produktif, maka bisnis TI akan mampu berkontribusi terhadap pemasukan negara, selain dari itu kami juga ingin tetap menggairahkan pasar ritel tradisional yang ada dibeberapa Computer Center di tanah air” paparnya. •