Sebagai salah satu operator seluler terkemuka di Indonesia, PT Telkomsel terus berupaya mengembangkan jaringan akses telekomunikasi, mulai dari kota hingga pelosok terpencil. Akses jaringan hingga daerah terpencil diharapkan bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, salah satunya bidang pendidikan.
Dengan kelebihan TI yang mampu memupus ruang dan waktu, kesenjangan akses komunikasi pun sedikitnya bisa menipis. Dengan program Telkomsel Merah Putih, pemanfaatan TI untuk kebutuhan akses bagi sekolah di daerah terpencil pun kini mulai dirintis Telkomsel melalui jaringan 3G yang dimilikinya.
“Visi kami adalah pelayanan. Artinya, kami lahir dari perusahaan negara (BUMN) sehingga langkah awal kami adalah memberi pelayanan mulai dari kota hingga ke pelosok pedalaman,” kata Dirut Telkomsel, Kiskenda Suriahardja.
Tak pelak, untuk mengembangkan jaringan hingga daerah terpencil, dibutuhkan menara base tranceiver station yang memadai. Hingga kini Telkomsel memiliki sekitar 2.000 Based Tranceiver Station (BTS), yang lebih banyak menggunakan tower bersama dengan operator seluler lainnya. Telkomsel sendiri menyambut baik himbauan pemerintah untuk menggunakan tower sharing. “Kami sadari, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ratusan juta, tidak mungkin di-provide oleh jaringan Telkomsel semua,” ujar Kiskenda.
Berikut kutipan perbincangan singkat BISKOM dengan Kiskenda saat menghadiri launching Sekolah Terpencil Berbasis Mandiri di Kota Cimahi, Jawa Barat (27/10).
Mengapa program Sekolah Terpencil Berbasis TI baru digelar di Jawa Barat? Kapan digelar dalam skala nasional?
Sejauh ini memang baru di Jawa Barat, tapi nanti kita lihat kalau memang responnya positif, dampaknya terhadap masyarakat dan perekonomian juga meningkat, tentu saja kami akan kembangkan lagi di daerah-daerah lain.
Apa yang menggugah Telkomsel menggelar program ini?
Visi kami adalah pelayanan. Artinya, kami lahir dari perusahaan negara (BUMN) sehingga langkah awal kami adalah memberi pelayanan, selebihnya tentu saja kami berupaya agar perusahaan ini terus tumbuh. Selain itu program ini sesuai dengan corporate social responsibility (CSR) Telkomsel di bidang pendidikan yang kami kombinasi dengan kepentingan usaha sehingga menjadi sebuah sinergi yang baik. Sebab, jika terus menerus berbentuk CSR murni, lama-lama terbatas juga dananya.
Selain pendidikan, CSR Telkomsel mengarah ke bidang lain apa saja?
Kalau dilihat dari stratanya, CSR kami lebih mengarah ke strata anak-anak, terutama anak yatim piatu. Kalau sudah bicara strata fungsional, kami lebih menjurus ke pendidikan.
Apa yang Telkomsel harapkan dari program Merah Putih ini?
Dengan program Telkomsel Merah Putih, kami ingin menggugah kembali semangat nasionalisme bangsa. Telkomsel Merah Putih artinya kami berupaya menjembatani kesenjangan akses komunikasi di daerah terpencil seperti di daerah-daerah yang terisolasi. Kami mengembangkan jaringan hingga ke pedalaman dimana tidak ada orang yang menggunakan ponsel di sana. Cara itu membutuhkan investasi miliaran dan entah kapan balik modalnya, tapi semua itu demi memajukan bangsa ini.
Dengan Telkomsel Merah Putih pula, orang yang sedang melakukan perjalanan dengan kapal-kapal Pelni kini sudah bisa berkomunikasi di tengah lautan. Telkomsel Merah Putih juga menjadi program andalan kami yang diharapkan bisa mengantisipasi problem ekonomi yang cukup berat akibat krisis finansial global.
Maka dari itu kami sangat menyambut baik ketika Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, mengajak Telkomsel untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan bidang pendidikan. Di sini, kami yang menyediakan akses jaringan untuk sekolah di daerah terpencil yang berbasis TI.
Untuk mengembangkan akses jaringan tentu dibutuhkan banyak tower base tranceiver station (BTS) yang memadai, sudah berapa banyak tower yang dimiliki Telkomsel hingga saat ini? Apa tanggapan Anda soal himbauan pemerintah untuk menggunakan menara gabungan?
Di Indonesia, Telkomsel memiliki 27 ribu BTS, sedangkan di Jawa Barat sendiri kurang lebih mencapai 2.000 BTS. Kebetulan sejak awal pun Telkomsel sudah melakukan sharing tower, jadi sudah tidak masalah lagi karena memang kami banyak bergabung dengan operator lain dalam menggunakan tower bersama. Apalagi prinsip Telkomsel dari dulu adalah bersaing tapi tetap bersanding, jadi kami menyadari dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ratusan juta, tidak mungkin di-provide oleh jaringan Telkomsel semua. Karena itu dengan adanya kompetitor, kami malah senang. Buktinya kami bisa berbagi bersama memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang telekomunikasi.
Apa yang mesti diperhatikan bagi para operator dalam penggunaan tower bersama?
Yang harus diperhatikan dalam penggunaan tower bersama antara lain secara teknis harus ada penyesuaian transmisi dan frekuensi, akselerasi dan konfigurasi, apalagi kalau dalam satu tower itu dipakai bersama baik operator GSM maupun CDMA. Itu semua penting diperhatikan agar frekuensinya tidak saling bersinggungan dan kualitas frekuensi pun tetap terjaga.
Tentu saja semua tower Telkomsel berizin meski beberapa diantaranya ada juga yang masih dalam proses. Yang jelas, kami membangun tower untuk kemaslahatan bersama, bukan membawa mudharat. Kini kami lebih banyak bekerjasama dengan mitra. Mereka yang membangun tower lengkap dengan perizinannya, kemudian kami bayar.
Kami juga mendukung rencana pemerintah melakukan penertiban tower tak berizin karena memang mestinya harus begitu, kita harus patuh dengan regulasi. Kalau kita patuh pada regulasi, menjalankan bisnis pun bisa tenang.
gimana dgn capex-nya pak? sdh dpt utangan? msh kurang USD 9,5 million lbh kan? http://bening.org/index.php?option=com_content&task=view&id=352&Itemid=47
Salam, Pak.
Saya mahasiswi IPB. apakah program bapak sudah berhasil? bagaimana dengan keberlanjutan CSR Telkom ini? saya mempunyai studi kasus di daerah Cigombong, Bogor. daerah ini tidak terlalu jauh dengan kota, namun masyarakat di desa ini masih tergolong perlu diberdayakan. pendidikan di desa ini pun masih belum memadai baik dari sisi fasilitas dan masih banyak anak yang putus sekolah karena masalah biaya.
dalam waktu dekat ini saya akan mengadakan penyuluhan ke desa tersebut untuk memberdayakan masyarakat serta pelestarian lingkungan. maka dari itu saya mengajak anda untuk berpartisipasi sebagai wujud pengelolaan CSR Telkom terhadap masyarakt di daerah ini yang masih perlu dikembangkan. Atas perhatian anda, saya ucapkan terima kasih.
contact person: Fitria 085692264613