ENTREPRENEUR merupakan salah satu pendorong perekonomian Indonesia, karena mampu menyediakan kesempatan bisnis yang lebih besar, serta lebih banyak lagi lapangan pekerjaan. Ha ini semakin didukung oleh segudang potensi dari sumber daya alam, hingga manusia yang masih berusia produktif. Namun mencetak entrepreneur masih menjadi kendala di Indonesia. Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Baru-baru ini, LinkedIn mengadakan acara panel diskusi untuk membahas hal tersebut bersama dengan Danny D. Kosasih, Wakil Ketua Komite Tetap Inovasi – Industri Tradisional Berbasis Budaya, KADIN. Hasil diskusi menemukan bahwa pola pikir dan ekosistem adalah dua tantangan yang di hadapi Indonesia dalam mendorong semangat serta mencetak entrepreneur.
Pola pikir yang tepat dibutuhkan untuk mendorong ide inovatif menjadi sesuatu yang dapat menciptakan kesempatan ekonomi lebih luas. Untuk bisa mewujudkannya pola pikir tersebut perlu dihubungkan dengan ekosistem jaringan profesional yang dapat mendukung pemberdayaan pola pikir serta ide inovatif yang dimiliki seseorang. Terhubung untuk berbagi ide, pengalaman, hingga terhubung dengan orang-orang yang memiliki pemikiran dan semangat serupa untuk mewujudkan suatu ide menjadi kenyataan.
Para entrepreneur di LinkedIn tampaknya sudah menyadari hal di potensi jaringan profesional, tercermin dari data yang mengungkapkan bahwa entrepreneur Indonesia di LinkedIn lebih aktif membangun jaringan di LinkedIn dan memiliki koneksi 25% lebih banyak apabila dibandingkan dengan rata-rata seluruh pengguna LinkedIn di Indonesia.
Mengamati lebih seksama, dalam pemberdayaan pola pikir dan ide inovatif, saya melihat pakem “Tiga I” yaitu: Ideas, Informed, danInvestor dari pemanfaatan jaringan profesional digital oleh para entrepreneur di LinkedIn.
Pertama adalah Ideas (ide) yang menjadi fondasi dari sebuah usaha. Ide merupakan energi dan modal awal dalam berbisnis dan harus dapat dikembangkan lebih lanjut guna menjadi solusi nyata yang dibutuhkan oleh pasar. Entrepreneur memanfaatkan LinkedIn untuk memberdayakan dan memvalidasi ide tersebut dengan para profesional dari berbagai bidang di seluruh dunia guna mampu menjawab kebutuhan pasar. Ide kemudian dihubungkan ke profesional lainnya guna mendapatkan mitra serta dukungan untuk mewujudkan ide menjadi bisnis nyata.
Selanjutnya adalah Informed (terinformasi). Seorang entrepreneur perlu mengetahui berbagai informasi seputar industri yang tengah digeluti. Dengan berinteraksi dengan komunitas, influencer, dan profesional lainnya, membaca posting serta presentasi yang mereka bagikan, entrepreneur dapat belajar berbagai sudut pandang baru dalam dalam berbisnis.
Yang terakhir adalah Investor. Bukan dalam rangka mencari pendanaan, melainkan terhubung untuk mematangkan ide inovatif. Alasan di balik hal ini karena investor memiliki segudang pengalaman dalam menerima ide bisnis. Mengambil kesempatan ini, entrepreneur dapat berdiskusi lebih lanjut untuk mematangkan ide mereka dan membuatnya kondusif untuk ditanamkan modal usaha di masa mendatang.
LinkedIn memiliki tujuan untuk membantu profesional (termasuk entrepreneur) untuk lebih produktif serta sukses di dalam karier mereka. Bergabung ke dalam jaringan profesional terbesar di dunia membuat mereka terhubung dengan ekosistem yang mampu memberdayakan ide mereka dan membantu mewujudkannya menjadi nyata. Dalam pemanfaatannya, entreprenuer di LinkedIn menjalankan pakem “Tiga i”Ideas, Informed, dan Investor. •FRANK KOO (Head of Southeast Asia, Talent Solutions, LinkedIn)