Jakarta, Biskom – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan penguatan dan revitalisasi pendidikan vokasi menjadi salah satu program prioritas Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Hal ini dikatan Menristek saat berkunjung ke Politeknik Negeri Pontianak, Jumat. “Politeknik merupakan tulang punggung penyiapan SDM profesional. Di berbagai negara maju, perguruan tinggi vokasi jumlahnya lebih banyak dibandingkan perguruan tinggi akademik, contohnya Jerman, disana jumlah pendidikan vokasi sudah lebih dari 61%,” tuturnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas lulusan politeknik menurut Menristekdikti adalah dengan meningkatkan kualitas input mahasiswa yang masuk. Menristekdikti mengatakan saat ini mengkaji kemungkinan seleksi masuk politeknik negeri terintegrasi dengan sistem Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
“ Dengan demikian Politeknik mendapatkan input calon mahasiswa berkualitas dari berbagai daerah di Indonesia. Politeknik diharapkan menjadi perguruan tinggi yang heterogen, mahasiswa tidak hanya berasal dari satu daerah saja. Mutu akan lebih baik,” jelas Menristekdikti.
Melalui berbagai program revitalisasi, Menristekdikti berharap pendidikan vokasi dapat menjadi pilihan utama bukan pelengkap atau pilihan terakhir bagi calon mahasiswa. Jumlah pendidikan vokasi juga diharapkan meningkat setiap tahunnya.
Ia juga mengingatkan kepada dosen dan pimpinan Poltek Negeri Pontianak untuk menyiapkan mahasiswanya dengan berbagai kompetensi. Setiap lulusan hendaknya memiliki bekal sertifikat kompetensi disamping ijazah untuk berkompetisi di dunia kerja.
Direktur Poltek Negeri Pontianak Muhammad Toasin Asha mengatakan sangat mengapresiasi perhatian Pemerintah melalui Kemenristekdikti mengenai penguatan pendidikan vokasi.
Ia mengatakan bahwa saat ini Poltek Negeri Pontianak tengah berbenah untuk meningkatkan kompetensi lulusannya. Saat ini telah ada 6 program studi yang telah memiliki lembaga sertifikasi kompetensi, sedangkan 16 program studi lainnya akan menyusul. (red/JU)