Jakarta, Biskom- Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan penggunaan daya komputasi super cepat dan teknologi informasi menjadi tanpa batas. Karena itu semua pihak harus beradaptasi dengan ragam perubahan besar pada era revolusi industri keempat (Industri 4.0) sekarang ini.
Untuk merespons perubahan pada era Industri 4.0, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, (Kemenristekdikti), melalui Direktorat Lembaga Litbang telah berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerjanya dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga Litbang di Indonesia, termasuk peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang merupakan pengelola system.
Kegiatan Direktorat Lembaga Litbang, antara lain memperkuat kelembagaan Iptek adalah melalui pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI), fasilitasi peningkatan kapasitas Badan Litbang Daerah (Balitbangda). Salah satu stakeholder Direktorat Lembaga Litbang adalah Balitbangda Kabupaten Malang, yang pada Tahun 2017 lalu telah ditetapkan sebagai salah satu dari 15 Badan Litbang Daerah berkinerja utama.
Direktur Lembaga Litbang, Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti Kemal Prihatman mengatakan, Balitbangda Kabupaten Malang, fokus pemulihan tanaman apel yang sudah mulai punah keberadaannya khususnya di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo. Terdapat beberapa olahan apel khas desa Gubugklakah. Selain itu desa Gubugklakah merupakan salah satu rest area wisata Kawasan Bromo – Semeru – Tengger yang memiliki potensi argowisata yang besar.
“ Sayangnya di tahun 2016 terjadi penurunan produktivitas pohon apel secara signifikan. Banyak lahan apel yang mengalami alih fungsi dikarenakan berkurangnya minat petani untuk menanam apel,” kata Kemal dalam kunjungannya ke Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (25/1). Hadir dalam kesempatan itu, Kepala Balitbangda Kabupaten Malang Mursyidah dan Kades Gubugklakah serta Kasub Direktorat Litbangda Ristekdikti Rosmaniar Dini.
Seperti diketahui, melalui kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Balitbangda Kabupaten Malang yang dilakukan Direktorat Lembaga Litbang sejak tahun 2017, telah dilakukan upaya peningkatan kapasitas petani apel melalui pelatihan maupun bimbingan teknis.
“Pendampingan terhadap petani ini masih dilakukan secara berkelanjutan di tahun 2018 dengan dukungan Balitbang Provinsi Jawa Timur. Antara lain melalui kegiatan demplot berupa hibah 600 pohon apel dan pupuk, serta bekerjasama dengan dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro). melalui bantuan 15.000 pohon apel kualitas unggul,” tambah Kemal seraya menambahkan bahwa Balitjestro merupakan salah satu dari lembaga Litbang Kementerian Pertanian, yang telah ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) pada tahun 2018 lalu.
Sementara itu, Kepala Balitbangda Kabupaten Malang Mursyidah mengatakan pada 2010, terdapat sebanyak 266 hektar lahan yang digunakan untuk menanam apel. Namun, pada 2016 lahan penanaman apel berkurang menjadi 235 hektar karena petani beralih menanam sayur pada lahan seluas 31 hektar. Dari total 266 hektar lahan apel di tahun 2010 berkurang menjadi 235 di 2016, sehingga sisa lahan apel tinggal 88,35 persen.
Mursyidah mengatakan, dengan peningkatan produktivitas budidaya apel, ada pertambahan tanaman apel sekitar 25 hektar, yang terdiri dari tanam swadaya pada akhir 2017 sebanyak 12.950 pohon yang ditanam oleh 17 petani atau setara dengan 11,5 hektar. Kemudian, hibah Balitjestro sebanyak 15.000 pohon atau setara denagan 13,5 hektar, dan hibah dari Balitbangda Provinsi Jawa Timur sebanyak 600 pohon atau setara 0,5 hektar.
“Petani apel enggan bertanam apel karena tanaman tidak produktif atau tidak berbuah, tanaman rusak karena umur tanaman sudah lebih dari 40 tahun, tanaman mati karena penyakit, rendahnya harga apel saat musim panen, kegagalan penanaman bibit apel di saat bibit sudah berusia dua tahun,” katanya.
PUI Kota Malang
Kemal melanjutkan, PUI lainnya di Kota Malang diantaranya adalah Balai Penelitian Tanaman Aneka Tanaman Kacang dan Umbi, Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif – Universitas Machung, Pusat Riset dan Enterpreunial Agroindustri Atsiri (PUREAA) – Universitas Brawijaya, serta Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.
Balitjestro telah memiliki Sertifikasi Sistem manajemen Mutu UPBS, artinya Balitjestro sudah menjadi produsen benih yang telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai SNI ISO 9001:2015. Produk utama dari lembaga Litbang ini adalah benih jeruk bebas penyakit, yang Benih true to tipe bebas dari 5 penyakit sistemik.
“Kami berharap dengan meningkatnya lembaga Litbang unggul dan adanya koordinasi dan sinergitas yang efektif antara Balitbangda dengan PUI, dapat menyelesaikan permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.” Kata Kemal.
Hal ini, lanjut Kemal, sangat penting dalam penguatan sistem inovasi nasional dimana lembaga Iptek dapat berkinerja tinggi dengan menghasilkan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas adopsi pengguna teknologi (masyarakat, industri, dan pemerintah) dan berkontribusi Iptek terhadap pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. (red/Ju)