Jakarta,Biskom- Publikasi Ilmiah Indonesia bergerak secara eksponensial dari beberapa tahun terakhir, hingga mencapai puncaknya di pertengahan tahun 2019, Indonesia berhasil mencapai puncak jumlah publikasi tertinggi di ASEAN dalam hal publikasi ilmiah untuk tahun 2019. Ini semua membuktikan bahwa Kemenristekdikti serius dalam memperbaiki iklim riset Indonesia.

Penghargaan Science and Technology Index (SINTA Award) 2019, merupakan bentuk apresiasi Kemenristekdikti  terhadap upaya yang dilakukan kalangan peneliti dan akademisi dalam mendorong peningkatan publikasi dan jurnal ilmiah Internasional.

Menristekdikti M.Nasir  menyebutkan, salah satu tantangan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan*. Ia menyebutkan bahwa kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global (Internasional), antara lain diakibatkan rendahnya publikasi global* para peneliti tersebut.

Menristekdikti berharap agar SINTA dapat memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi dan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri.

“Sistem ini masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai. Namun tidak akan berhenti untuk disempurnakan. Dengan SINTA diharapkan daya saing jurnal dan publikasi ilmiah dapat meningkat tajam di tahun-tahun ke depan. Publikasi ilmiah saat ini memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggungjawaban ilmiah hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global,” kata Menteri Nasir di Jakarta Convention Center (JCC).

‘World Class University (WCU)’ menempatkan publikasi ilmiah sebagai salah satu indikator dalam melakukan pemeringkatan perguruan tinggi di seluruh dunia. Sampai tanggal 9 September 2019, publikasi ilmiah Indonesia di tingkat ASEAN untuk tahun 2018 yang telah diterbitkan jurnal Scopus sebanyak 34.007, menduduki posisi pertama diikuti oleh Malaysia sebanyak 33.286, namun publikasi untuk tahun 2019 Indonesia sementara menjadi kedua di angka 19.916 dikalahkan oleh Malaysia di angka 20.993, masih ada waktu untuk segera terus berkompetisi di Asean dan secara Global. Sementara jurnal kita terus mengalami peningkatan baik yang terakreditasi nasional maupun bereputasi Internasional.

Dalam kesempatan yang sama Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati menjelaskan bahwa dalam kurun satu tahun SINTA telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, dari sisi kuantitas dan kualitas.

“Sampai 9 September 2019 telah terdaftar lebih dari 177.000 dosen dan peneliti, 4.776 lembaga, 2.720 jurnal, 26.588 buku dan 2.543 kekayaan intelektual yang sudah masuk terindeks di Sinta berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi. Integrasi data sebelumnya dengan Google Scholar dan Scopus, ditingkatkan dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk buku, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk paten dan hak cipta, serta Web of Science,” jelasnya.

Pada perhelatan Sinta Award 2019, diluncurkan pula program unggulan Id Menulis, Rama dan Anjani. Id Menulis merupakan wahana tutorial dan pendampingan dalam melakukan publikasi ilmiah. RAMA atau Repositori Tugas Akhir Mahasiswa, merupakan layanan integrasi repositori tugas akhir mahasiswa yang dikelola oleh setiap perguruan tinggi.

Sementara Anjani (Anjungan Integritas Akademik), merupakan layanan sistem pembinaan, pelaporan pelanggaran integritas akademik dan pendeteksi kemiripan karya ilmiah. Ketiga sistem baru tersebut melengkapi sistem yang sudah dikembangkan Kemenristekdikti dalam peningkatkan kualitas publikasi yang beretika dan berintegritas.

Sebelum perhelatan Sinta Award 2019, Menristekdikti meresmikan Nasional Expo for Science and Technology (NEST) yang digelar di Jakarta Convention Center, pada 12-14 September 2019. NEST merupakan multi event yang terdiri dari pameran produk, pameran poster, pameran virtual, penganugerahan, rakornas, seminar, talkshow, perlombaan, dan demo produk. Produk-produk yang ditampilkan merupakan hasil riset unggulan yang berpotensi menjadi brand nasional.(Red/ju)