Dalam satu jam, lebih dari seratus panggilan ditujukan ke layanan 112 milik polisi. Celakanya, hanya 3 panggilan yang benar-benar untuk polisi. Kebanyakan malah ingin cek pulsa dan menanyakan kerusakan ponsel. ”Banyak masyarakat yang tidak tahu. Jadi dianggapnya 112 itu untuk layanan operator,” ujar Kasubbid Komunikasi dan Telematika Polda Jawa Barat, AKBP Jayeng Suwandi, belum lama ini.
Menurut Jayeng, dalam satu jam, 3 line telepon yang disediakan selalu sibuk. Petugas pun kewalahan untuk melayani, namun dari ribuan panggilan tiap harinya hanya ada 3 panggilan yang benar-benar untuk polisi. “Kebanyakan masyarakat yang dial ke 112 untuk mengecek pulsa, kerusakan ponsel dan hal-hal teknis lainnya,” tutur Jayeng.
Sejak awal tahun 2009, layanan 112 dari ponsel dipergunakan Polri untuk layanan yang berkaitan dengan pelayanan polisi. Polda Metro Jaya dan Polda Jawa Barat sendiri menjadi pilot project untuk layanan tersebut. “Polda Metro sudah berjalan dan cenderung tanpa masalah karena cakupannya hanya satu dial code. Sedangkan di Jabar itu luas, ada 13 dial code. Di samping itu infrastrukturnya juga belum siap. Kalau dial dari rumah tidak masalah, sistemnya sudah berjalan. Yang masih jadi masalah adalah jika dial dari ponsel,” terang Jayeng.
Harapannya dengan layanan 112 ini, pelayanan Polda Jawa Barat terhadap masyarakat akan lebih optimal. Menurut Jayeng, 112 hanya salah satu cara saja, karena masih ada cara lainnya seperti SMS ataupun langsung datang melapor ke kantor polisi terdekat.
Koordinator Telc’s for Jabar (T4J), Sulaiman Karim mengatakan, masalah 112 ini akan menjadi fokus bagi operator di Jabar. Bahkan pihaknya akan membuatkan skema khusus sehingga ada call center Polda Jawa Barat.
“Jadi nanti skemanya adalah masyarakat yang dial dari operator manapun akan disambungkan ke Telkom dan dari Telkom akan diteruskan ke call center Polda Jawa Barat. Kita manfaatkan jaringan yang dimiliki oleh Telkom untuk efektifitas saja,” papar Zule, sapaan Sulaiman Karim. (RAHAJENG)