Kepala BPPT, Hammam Riza

Jakarta, BISKOM – Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terus digalang pemerintah untuk mencegah banjir di wilayah Jabodetabek. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan teknologi ini dilakukan bersinergi dengan BNPB, TNI AU, dan BMKG.

Lebih lanjut disampaikan Hammam, Operasi Modifikasi Cuaca masih terus dilaksanakan. Menyusul prakiraan cuaca yang dirilis oleh BMKG. “Berdasar prakiraan yang dirilis BMKG, tim TMC-BPPT akan terus berikhtiar melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mencegah potensi banjir,” ujar Hammam.

Meski harus tetap waspada akan kemungkinan hujan ekstrem tersebut, dia berharap masyarakat tidak panik. Itu karena timnya akan berupaya semaksimal mungkin melaksanakan operasi TMC mengurangi ancaman banjir di Jabodetabek.

Hammam menjelaskan, secara teknis tim TMC berupaya melakukan penyemaian, di atas  awan-awan yang diperkirakan akan bergerak menuju wilayah Jabodetabek. “Awan-awan tersebut jauh-jauh akan segera disemai, biasanya awan-awan tersebut masih berada di Laut Jawa, Selat Sunda, kita lakukan penyemaian garam, agar segera turun hujan sebelum memasuki wilayah Jabodetabek,” katanya. 

Kepala Balai Besar TMC BPPT Tri Handoko Seto menerangkan, untuk awan-awan yang sudah matang, hujan bisa segera terjadi 10 menit setelah penyemaian. Namun, bisa juga jadi hujan 20 menit, 30 menit, bahkan 1-2 jam setelah penyemaian. Umur awan dan arah serta kecepatan angin dihitung agar awan bisa jatuh di atas laut.

“Pada kondisi tertentu, jika memungkinkan, awan juga diupayakan jatuh menjadi hujan di wilayah yang masih membutuhkan air hujan misalnya waduk. Namun ini sangat jarang terjadi kecuali memang arah dan kecepatan anginnya memungkinkan untuk itu,” terang Tri Handoko.

Tri menjelaskan di Indonesia hanya BBTMC BPPT yang melakukan litbangjirap TMC. Oleh karena itu, Tri meminta dukungan semua pihak. “Tentu ini berat. Sedangkan di banyak negara, dukungan riset dari perguruan tinggi cukup kuat. Diperlukan pula penguatan armada baik melalui skema penggunaan pesawat TNI maupun pengadaan pesawat baru. Termasuk penggunaan metode baru seperti roket atau artileri sebagaimana dilakukan oleh China. Atau mungkin penggunaan pesawat tanpa awak. Selain itu juga diperlukan dukungan anggaran yang terencana agar TMC bisa dilaksanakan secara lebih efektif. Ke depan, BPPT bersama para stakeholder juga akan menggunakan kecerdasan buatan (yang saat ini sedang dibangun) untuk menunjang operasi TMC,” pungkasnya. (red)