Jakarta.Biskom : Gaung Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) sebagai lembaga baru di era kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo tampaknya masih belum mencuat ditengah derasnya informasi wabah pandemic Covid 19. Padahal, lembaga baru tersebut diyakini sebagai terobosan besar yang coba diupayakan pemerintahan dibawah kepemimpinan Joko Widodo untuk membenahi bidang riset di Tanah Air.
Dr Tri Handoko Seto, Plt Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TPSW-BPPT) yang juga menjabat Kepala Balai Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) mengatakan BRIN menandai era baru peran riset dan inovasi ke dalam arus utama pembangunan nasional. “Oleh karena itu, BRIN harus bekerja keras dan cerdas untuk membangun kredibilitasnya guna melaksanakan riset dan inovasi yang terintegrasi sesuai UU Sisnas Iptek,” tegasnya.
Dalam Undang-undang Sisnas Iptek No 11/2019, lanjut Tri Handoko Seto, disebutkan bahwa hasil penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan wajib digunakan sebagai landasan ilmiah dalam perumusan dan penetapan kebijakan pembangunan nasional.
Di era BRIN, kata Tri Handoko Seto, TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) nantinya bisa menjadi andalan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kebencanaan hidrometorologi (banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan dan lain sebagainya) serta pengelolaan sumberdaya air, baik untuk kepentingan pertanian maupun energi listrik PLTA. “TMC juga bisa menjadi penopang utama pembangunan rendah karbon dengan menjaga hutan gambut tetap basah sehingga sulit dibakar. Untuk menjalankan misi ini maka ekosistem TMC di Indonesia dan dunia harus segera diperkuat,” ujarnya.
Sosok Seto, panggilan akrab Tri Handoko Seto, memang bukanlah orang baru di kalangan BPPT . Dua puluh tahun berkarir di BBTMC (kala itu masih UPT-Hujan Buatan), pria kelahiran Banyuwangi, 21 Januari 1972 ini, mampu menapaki jabatan tertinggi sebagai Kepala BBMTC pada 2016 di usia yang terbilang muda (44 tahun).
Tri Handoko Seto tercatat sebagai Kepala BBTMC sejak adanya perubahan nomenklatur dari UPT Hujan Buatan menjadi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) berdasarkan Peraturan Kepala BPPT No. 10 Tahun 2015 tanggal 19 Oktober 2015.
Di era kepemimpinan Seto, BBTMC mulai melakukan perawatan dan pengoperasian armada pesawat penyemai awan milik BPPT secara mandiri sekaligus mengantongi sertifikasi Operating Certificate (OC) 91 dari Dirjen Kemenhub RI (23 Juli 2018) untuk kategori angkutan pesawat udara non niaga.
Selama periode kepemimpinan Tri Handoko Seto, diversifikasi layanan TMC makin giat dilakukan. Konsep TMC redistribusi curah hujan yang merupakan buah pemikirannya mulai banyak mendapat kepercayaan dari Sekretariat Militer Presiden untuk dimanfaatkan guna mengamankan penyelenggaraan beberapa event kenegaraan atau agenda kepresidenan yang berlangsung di lapangan terbuka (outdoor). Selain itu, konsep serupa juga mulai dimanfaatkan oleh sektor swasta dan BUMN untuk membantu percepatan proses pembangunan infrastruktur nasional.
Pada bencana kebakaran hutan tahun lalu, Seto menginisiasi penggunaan kapur tohor (CaO) untuk mengatasi kondisi cuaca yang sangat kering guna memicu pertumbuhan awan untuk disemai menjadi hujan. Sehingga penanggulangan kebakaran hutan dapat dituntaskan dengan baik melalui TMC.
“TMC harus diposisikan untuk preventif. Para pemilik waduk mestinya memasukkan dalam agenda untuk meningkatkan produktivitas, baik untuk kebutuhan listrik maupun pertanian. Demikian pula, untuk kasus kebakaran hutan, TMC jangan dianggap sebagai pemadam kebakaran tok, karena kami sudah memiliki teknologi untuk pencegahan kebakaran hutan,” tukasnya.
Pada 1 Agustus 2019, Tri Handoko Seto, diserahi tugas sebagai Plt Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TPSW-BPPT).
Tri Handoko Seto menyelesaikan pendidikan lanjutan di Jepang hingga menyabet gelar doctor (S3) dari Universitas Kyoto, Jepang di bidang Meterologi dan Geofisika.
Berbagai penghargaan, baik dari pemerintah maupun swasta diraihnya, diantaranya, penghargaan Satyalencana Karya Satya 10 tahun pengabdian pada 2007. Terpilih sebagai “Tokoh Inovator Indonesia” yang diberikan Kementerian Riset dan Teknologi.
Juga berhasil menyabet “BPPT’s Engineer of the Year 2012-2013” atas dedikasi dalam mengkasilkan karya TMC untuk mengurangi curah hujan beserta kiprah sebagai engineer dalam bidang meteorologi, modifikasi cuaca, dan pemanasan global. (Red)