JAKARTA – Upaya perluasan pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) terhambat karena pandemi virus corona (covid-19). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengatakan upaya penetrasi teknologi IoT tahun ini sudah mulai goyang terhitung sejak Februari 2020.
“Upaya penetrasi mulai goyang sejak akhir Februari 2020,” ujar Jamalul kepada Bisnis, Jumat (17/4/2020).
Pihak asosiasi juga mengatakan di situasi seperti saat ini, pemangku kepentingan yang bergerak melakukan perluasan pemanfaatan perangkat IoT di Indonesia tidak memiliki banyak hal yang bisa dilakukan. Pasalnya, belum ada kepastian terkait dengan durasi pandemi Covid-19.
Namun demikian, APJII telah menyiapkan skenario lain. Jamalul mengatakan pihak APJII akan mengoptimalkan perangkat-perangkat yang sudah terpasang.
Adapun, menurut Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti), jumlah perangkat IoT yang terpasang saat ini masih 0,35 persen dari total target yang ditetapkan. Tahun ini, pengadopsian sensor IoT yang telah direalisasikan di Indonesia mencapai 150 juta perangkat atau dengan ARPU setara US$1,5 miliar.
Adapun, asosiasi menargetkan 200 juta sensor Internet of Things (IoT) dengan average revenue per user (ARPU) mencapai US$2 miliar oleh seluruh sektor industri di Indonesia pada 2020.
Selain optimalisasi perangkat yang sudah ada, progres perluasan pemanfaatan IoT di Tanah Air tahun ini masih bisa dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang muncul di tengah situasi pandemi.
Direktur Eksekutif ICT Indonesia Heru Sutadi mengatakan pihak-pihak yang tengah melakukan progres perluasan perangkat IoT dapat dilakukan dengan mengubah strategi berbasis kebutuhan.
“Strategi yang dapat diterapkan oleh pelaku industri IoT adalah mengimplementasikan perangkat IoT yang berkorelasi dengan pandemi covid-19, misalnya perangkat pendukung bagi bisnis yang memulai mengedepankan otomatisasi akibat terdapak covid-19,” ujar Heru kepada Bisnis (17/4/2020).
Penerapan strategi tersebut diyakini juga dapat dihadapkan dengan salah satu tantangan bagi industri saat ini, yaitu penurunan daya beli masyarakat. Bahkan, situasi pandemi ini juga dinilai menjadi momentum bagi industri IoT di Indonesia.
Ketua Umum Mastel Indonesia Kristiono mengatakan pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat untuk beraktivitas dari rumah serta menjaga jarak akan mendorong perluasan pemanfaatan teknologi IoT.
“Pasalnya, dengan dibatasinya pergerakan fisik, maka otomatisasi akan semakin dibutuhkan,” ujarnya kepada Bisnis.
Dengan demikian, lanjutnya, pelaku industri perlu fokus kepada use case yang dapat meminimalisir pekerjaan yang mengandalkan pertemuan fisik dan meningkatkan otomatisasi robotik.
Berdasarkan laporan Global System for Mobile Communications Association (GSMA), dengan pemanfaatan IoT yang masih minim, badan usaha di Indonesia mampu melakukan penghematan anggaran sebesar 4 persen-5 persen.
Dengan pengimplementasian yang massif serta tepat sasaran, maka badan-badan usaha diyakini dapat melakukan penghematan yang lebih signifikan.
Perlu diketahui, Asioti tahun ini berencana melakukan aksi jemput bola ke seluruh sektor industri guna mempercepat penetrasi pemanfaatan perangkat IoT.
Melalui aksi jemput bola tersebut, Asosiasi menargetkan average revenue per user (ARPU) mencapai sekitar US$2 miliar oleh seluruh sektor industri di Indonesia pada 2020.