Kiprah Modifier Cuaca Wanita (1)

Hari Kartini belum lama berselang diperingati pada 21 April lalu. Kiprah srikandi Indonesia seakan tiada habisnya ditelusuri di berbagai bidang. Tulisan berikut akan mengungkap perjalanan para wanita di bidang teknologi modifikasi cuaca:

Rini Mariana Sibarani : Menembus Awan Menuai Hujan

Profesi yang dijalani Rini Mariana Sibarani sebagai flight scientist masih terdengar asing di kalangan masyarakat. Padahal, flight scientist lah menjadi salah satu penentu keberhasilan operasi teknologi modifikasi cuaca.

Ya, dalam beberapa tahun terakhir operasi TMC sangat diandalkan untuk penanggulangan bencana seperti kebakaran hutan dan lahan atau pencegahan banjir. Bahkan, untuk pengisian waduk-waduk untuk PLTA dan pertanian mengantisipasi musim kemarau.

Flight scientist menjadi bagian penting dari tim TMC di lapangan. “Dalam penerbangan penyemaian, flight scientist menentukan awan-awan yang berpotensi untuk disemai menjadi hujan atau tidak,” ujar Rini Mariana Sibarani, flight scientist Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) BPPT.

Tugas tersebut diemban Rini Mariana Sibarani dalam beberapa tahun terakhir sejak menjejakkan karirnya di Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) BPPT pada 2009 lalu. Tentu saja, setiap misi yang dijalaninya bukan penerbangan biasa karena kerap harus mendekati awan berbahaya (Cumulonimbus).

“Hal menegangkan saat bertemu bahkan pernah terjebak dalam awan Cb (cumulonimbus). Sebagai FS (flight scientis) saya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya berdoa pilot dan copilot dapat mengendalikan pesawat dan membawa saya kembali ke runway dalam keadaan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun,” ujarnya.

Kondisi tersebut dialaminya baru-baru ini saat operasi TMC Pengurangan Curah Hujan di DKI Jakarta awal tahun ini. Juga tahun lalu pada operasi TMC Penipisan Kabut Asap di Provinsi Riau (2019). “ Operasi pengurangan curah hujan di Jakarta, pesawat harus melewati awan-awan tebal yang ada di wilayah Jabodetabek yang tidak boleh disemai, untuk menuju awan target diluar Jabodetabek. Jadi, kami harus tetap terbang menghadapi bahaya tersebut demi menjalankan tugas negara,” tuturnya.

Pun, saat kondisi atmosfir tidak mendukung, namun tim TMC harus melaksanakan terbang penyemaian awan. “Setiap hendak terbang, kami laksanakan briefing, dan saya selalu berdoa minta Tuhan bawa kembali saya dalam keadaan selamat,” ujarnya.

Selain factor cuaca, masalah teknis juga beberapa kali harus dialami tim TMC saat bertugas. “Pernah mengalami penerbangan dengan satu engine saat operasi TMC mengurangi intensitas curah hujan di area proyek pembangunan jalan tol Balikpapan – Samarinda, Kalimantan Timur sekitar 2018,” ujar wanita kelahiran Palembang, 9 Juli 1987 ini.

Dibalik kesulitan di lapangan yang dihadapinya, Rini akhirnya dapat bertemu Gubernur Sumatera Selatan . “Kejadiannya, tahun lalu saat kunjungan dadakan dari Gubernur Sumsel pada operasi TMC penanggulangan kabut asap di Sumsel. Rasanya bahagia bertemu orang nomor satu dan saya diminta untuk menjelaskan singkat kegiatan sebagai flight scientist,” papar wanita lulusan Fisika Universitas Sriwijaya ini.

Rini Mariana Sibarani saat ini juga tercatat sebagai Perekayasa Ahli Muda BBTMC bidang Penerapan Teknologi, subbid Hidrometeorologi. Beberapa pelatihan menempanya menjadi flight scientist, diantaranya International Training Course on Weather Forecasting for Operation Meteorologists di Korean pada 2018.

Disela-sela kesibukan rutin, Rini juga kerap menuangkan buah pemikiran di Jurnal Sains Teknologi Modifikasi Cuaca dan saat ini sebagai tim editorial di Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca (JSTMC).