Jakarta, BISKOM – Memiliki alat sterilisasi ruangan berbasis UV-C dengan harga terjangkau nampaknya bukan sekedar angan-angan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan alat sterilisasi ruangan berbasis sinar UV-C yang bernama Simple Smart UVC Sanitizer atau Si-SUSan. Nantinya alat ini akan dijual sekitar sepersepuluh dari harga pemindai UV-C yang ada di pasaran. Sebab, Si-SUSan memang diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah.
“Kenapa kita mainnya di kelas menengah ke bawah ya kalau ada masyarakat yang membutuhkan, kita bantu kembangkan. Kalau robot sterilisasi itu kisaran harganya bisa 80 sampai 100 juta, kalau Si-SUSan kira-kira 10 sampai 15 juta,” ujar Peneliti bidang Teknologi Radio dan Optik di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Yusuf Nur Wijayanto.
Yusuf menjelaskan bahwa Si-SUSan berbasis cahaya UV-C dengan panjang gelombang 254 nanometer dan tergolong berbahaya jika terpapar kulit dan mata. Untuk itu, Yusuf menyarankan saat Si-SUSan digunakan, pengguna harus memastikan di dalam ruangan tidak ada orang sama sekali.
Cara kerja UV-C untuk melakukan sterilisasi adalah dengan melengkungkan materi struktur materi genetik virus, sehingga ia tidak bisa berkembang dan mati. Yusuf memprediksi virus atau bakteri yang ada di dalam ruangan itu bisa mati sekitar satu sampai dua menit. “Berapa lama penyinarannya? Paling di orde satu menit atau dua menit, mudah-mudahan sudah mati. Kalau corona ini yang Covid datanya belum ada karena ini virus baru,” paparnya.
Si-SUSan dapat dikendalikan dari aplikasi berbasi android. Hal ini sengaja dibuat karena dalam pengoperasiannya, Si-SUSan tidak boleh terpapar langsung oleh manusia. Jadi operator nantinya akan mengendalikan Si-SUSan lewat aplikasi, entah di ruangan lain atau bahkan di balik tembok ruangan yang sedang disterilisasi.
Ditanya soal akan ada berapa unit Si-SUSan akan diproduksi, Yusuf mengatakan produksi unit tergantung pada perusahaan yang membeli lisensi alat sterilisasi itu. Sebab, LIPI hanya mengembangkan alat bukan untuk produk jual.
“Jadi kita bukan kapasitasnya untuk membuat produk juga ya, kita hanya dalam pengembangan bahwa ini berfungsi dengan baik. Lalu nanti ada industri yang berminat, bisa dibeli lisensinya,” pungkasnya. (red)