Banyak revolusi baru yang ditawarkan teknologi televisi (TV) tiga tahun terakhir ini. Diantaranya adalah TV yang mengemas teknologi 3D dan TV dengan konsep Smart TV. Diantara keduanya, manakah yang Anda pilih? Atau Anda ingin kedua-duanya?
Menyusul masa keemasan televisi berdefinisi tinggi, Plasma, LCD, dan LED, pertarungan sengit diantara teknologi-teknologi TV terus berlanjut. Teknologi tiga dimensi (3D) yang mulai booming di tahun lalu memang tampak surut di 2011 ini karena beberapa kekurangannya. Namun ketika pabrikan tengah menyempurnakan teknolog3D, muncul lagi istilah baru bernama Smart TV.
Kehadiran Smart TV didukung oleh layanan anyar yang ditawarkan operator, yakni Internet Protocol television (IPTV). Kabar baiknya, selian teknologi 3D yang sudah hadir pada tahun lalu, Smart TV maupun IPTV, di awal 2011 ini juga mulai diperkenalkan di Indonesia.
3D, Kurang Nyaman dan Mahal
Teknologi 3D memungkinkan pemirsa menyaksikan tayangan televisi ataupun film secara lebih nyata. Dimensi yang disuguhkan membuat pemirsa seolah-olah berada pada saat yang sama dengan objek yang ditontonnya. Sayangnya, banyak faktor yang membuat teknologi ini kurang disukai konsumen.
Awalnya, tayangan 3D dianggap terlihat sedikit gelap, namun sudah bisa diatasi sejak lama oleh produsen LG, dengan teknologi barunya yang memiliki kecerahan gambar (brightness) tinggi. Kemudian, faktor kacamata menjadi alasan lain kurang lakunya televisi 3D di pasaran. Kacamata 3D dianggap terlalu tebal dan mahal. Bahkan kacamata tersebut membutuhkan pengisian daya (charge) secara periodik, serta membuat gambar lebih gelap dan tidak nyaman.
Belum lagi, hasil penelitian dari Eidhoven University, Belanda yang menyimpulkan bahwa televisi 3D bisa mengacaukan fungsi kerja otak sehingga menimbulkan ketegangan pada mata, sakit kepala, dan mual, yang membuat teknologi 3D semakin berat dipasarkan.
Vice President Digital Consumer Practice Strategy Analytics, David Mercer mengatakan, “Kampanye pemasaran televisi 3D memang berlangsung gegap-gempita. Akan tetapi, ketertarikan konsumen terhadap televisi 3D, paling tidak dalam jangka pendek, ternyata masih sangat rendah.”
Permasalahan lain juga diungkap President & Chief Executive Officer Home Entertainment Division LG Electronics, Simon Kang, seperti dikutip dari Reuters, “Permintaan televisi 3D ternyata lebih rendah daripada perkiraan. Penyebabnya, harga yang masih terlalu tinggi dan konten 3D masih sangat terbatas.”
Firma riset iSuppli mencermati, pada saat ini satu unit televisi 3D berharga rata-rata US$ 600-US$ 700 lebih mahal daripada televisi dua dimensi (2D) yang memiliki teknologi display sekelas.
iSuppli menjelaskan, harga jual rata-rata (ASP) televisi 3D pada 2010 adalah US$ 1.768 per unit. Harga televisi 3D menjadi sangat tinggi karena para produsen belum efisien dalam memproduksi televisi 3D. Meski begitu, seiring peningkatan efisiensi proses manufaktur televisi 3D, iSuppli meyakini harga televisi 3D akan berangsur turun.
Sementara untuk faktor kenyamanan, para produsen TV 3D menyatakan akan menyelesaikan masalah tersebut tahun ini. Perubahan itu akan diawali dengan mulai membuat kacamata 3D yang lebih ringan, tipis dan murah, mirip dengan kacamata 3D yang ada di bioskop, sesuai dengan harapan pasar.
Para produsen utama televisi di dunia bahkan hingga kini berlomba merilis televisi 3D terbaru untuk mendongrak pertumbuhan pendapatan. Para produsen tersebut mengklaim, televisi 3D sanggup menyajikan pengalaman lebih realistis ketika digunakan untuk menonton film, pertandingan olah raga, atau pun bermain game.
Simon Kang juga optimistis masalah yang membelit pasar TV 3D akan mereda pada 2011. Karena itu, Kang memperkirakan, volume penjualan global televisi 3D pada 2011 akan melambung menjadi sekitar sepuluh juta unit.
Smart TV, Menjanjikan
Teknologi TV bernama Smart TV mulai gencar diperkenalkan. Smart TV atau kerap disebut dengan Internet – Enabled Television (IETV) bukan saja memungkinkan TV bisa menangkap siaran stasiun televisi, tapi juga mengakses konten-konten yang ada di internet melalui sambungan interet melalui TV. Bahkan saat ini penikmat Smart TV bisa berkomunikasi secara dua arah dengan orang lain melalui internet dari televisinya. Selain itu, dalam Smart TV harus juga terkandung fasilitas yang bisa memudahkan penggunanya melakukan aktifitas lain seperti disinkronkan dengan perangkat lain seperti smartphone.
Head of Marketing CTV dan AV Samsung Indonesia, Dicky Derajat mengungkapkan, saat ini masyarakat tidak lagi bisa dipisahkan dari internet. Sehingga ke depannya TV tidak lagi menjadi media komunikasi satu arah, melainkan perangkat interaktif yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sama seperti Blackberry yang penyerapan pasarnya sangat cepat, dimana dalam waktu enam bulan, penetrasinya bisa mencapai 50%, konsep Smart TV juga akan menemui momentumnya dalam waktu dekat.
Samsung sendiri telah meluncurkan seri TV LED yang mengusung konsep Smart TV bulan lalu, yaitu D8000, D7000 dan D6600 ke pasar Indonesia. Peluncuran televisi pintar ini merupakan inisiatif Samsung dalam menyikapi tren dan kebutuhan masyarakat yang terus mengalami perkembangan. Semakin menjamurnya perangkat pintar, seperti smartphone dan tablet menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat siap menyambut era digital, di mana setiap orang akan terhubung dengan internet.
Sementara itu, perusahaan Korea lainnya, LG, tengah membidik pasar Indonesia dengan konsep smart TV Sejumlah produk dengan teknologi terbaru termasuk smart TV siap digelontorkan pada tahun ini.
Presiden Direktur PT LG Electrronics Indonesia, Kim Weon Dae menuturkan, Indonesia merupakan pasar yang dan terus tumbuh. Hadirnya Smart TV di Indonesia nantinya ditunjang dengan berbagai inovasi. Tampilan menu yang ada juga disajikan dengan menarik agar penonton tak bosan.
Selain LG ataupun Samsung, vendor lain yang berencana akan meluncurkan Smart TV ini di tanah air adalah Hitachi.
Hendra Kurniawan, Product Manager Hitachi Modern Sales Indonesia menegaskan bahwa dalam kurun waktu dua tahun akan mempelajari pasar Indonesia sebelum meluncurkan Smart TV di tanah air.
Sama seperti teknologi baru lainnya, untuk memiliki Smart TV, pengguna juga harus merogoh kantong cukup dalam.
IPTV Bakal Geser TV Kabel
Untuk mendukung keberadaan Smart TV, operator kini menawarkan layanan yang kini berkembang pesat di banyak mancanegara, termasuk di Hongkong. Layanan tersebut memungkinkan siaran televisi berbasis internet atau IPTV. Siaran ini diminati pengguna televisi karena sifat-sifat layanannya yang personal, sekaligus ubiquitous, dengan kualitas gambar dan suara yang prima. Tidak heran bila IPTV diprediksi banyak kalangan menjadi masa depan bisnis layanan televisi yang juga akan merebut perhatian masyarakat Indonesia.
Keberadaan IPTV diyakini bakal menggeser dan menjadi pesaing baru dalam bisnis televisi berlangganan, khususnya televisi kabel atau satelit. Akan tetapi, untuk sementara konsumen IPTV ini masih terbatas kalangan menengah atas. Di Asia, operator yang mampu menjadikan IPTV sebagai penyumbang pendapatan terbesar adalah PCCW Hong Kong, Telekom Malaysia, dan SingTel Singapura. Layanan ini disebut bagian dari triple play karena tersedia jasa suara, data, dan media dalam satu perangkat.
Studi mengenai televisi berbasis internet di beberapa negara menunjukkan minat masyarakat yang relatif baik terhadap layanan IPTV. Saat ini operator IPTV dengan pelanggan terbanyak adalah PCCW (Hong Kong) yang mencapai lebih dari 850.000 pelanggan, dan France Telecom (Perancis) yang mencapai 800.000 pelanggan. Operator lainnya yang sukses adalah Verizon (Amerika Serikat) dengan 600.000 pelanggan. Sementara itu, di tingkat global bisnis IPTV juga memperlihatkan pertumbuhan yang cukup pesat. Begitupun di kawasan Asia Pacific, pertumbuhan bisnis Pay TV (termasuk IPTV) memperlihatkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.
Menurut Manajer Pengembangan Bisnis PT Cisco Systems Indonesia, Tony Seno Hartono, TV kabel berlanggan akan mendapat pesaing baru dari pengembangan teknologi berbasis internet yang bisa mengirimkan data berbentuk video.
Berbagai macam kelebihan yang ditawarkan IPTV ketimbang TV kabel atau satelit, salah satunya kemampuan untuk merekam atau menghentikan gambar (pause) saat tayangan tersebut disiarkan. Bahkan, tayangan itu bisa diakses secara mobile tanpa harus berada di dalam rumah. Sebab, terdapat alat yang disebut set top box, yang berfungsi seperti decoder, sehingga melalui internet, tayangan itu dapat dinikmati dari jarak jauh.
PT Telkom yang tengah bersiap meluncurkan IPTV pada bulan Juni mendatang menilai, potensi siaran TV berbasis internet ini cukup besar. Melalui IPTV Telkom akan menawarkan sesuatu yang baru kepada masyarakat. Optimisme tersebut didukung dengan data bahwa penjualan televisi layar lebar (LCD TV) cenderung meningkat.
“Pemilik televisi layar lebar itu dipastikan membutuhkan content yang bisa memaksimalkan penggunaan pesawat televisi mereka,” kata Sri Safitri, Senior Manager Internal Delivery Channel & Service Alliance PT Telkom Indonesia. Dalam hal ini, IPTV mampu menyediakannya, sebab IPTV menawarkan sesuatu yang berbeda sehingga menjadi pilihan yang menarik pada segmen layanan televisi berbayar.
Persaingan 3D dan Smart TV
Diantara beberapa kekurangan yang timbul pada TV 3D membuat produsen TV 3D sadar bahwa film yang manarik dan enak ditonton bukanlah satu-satunya alasan konsumen untuk membeli TV 3D. Karena itu, para produsen tersebut beralih menawarkan fitur lain, yang diharapkan mampu membujuk konsumen membeli TV 3D.
Michael Inouye, Industry Analyst Allied Business Intelligence (ABI) Research mengatakan, “Perlu diketahui, sebagian besar TV 3D yang dirilis mulai Juni 2010 ternyata tidak lagi mengedepankan fitur 3D. Para produsen mulai menyematkan fasititas koneksi ke internet.”
Di pasar global televisi, televisi berkonektivitas internet memang jauh lebih laris daripada televisi 3D. Firma riset iSuppli Corp bahkan meyakini, Smart TV akan menjadi pendorong utama pertumbuhan volume penjualan televisi global pada 2010.
iSuppli menjelaskan, volume penjualan global Smart TV pada 2010 akan sanggup menembus angka 27,7 juta unit. Pada saat yang sama, iSuppli menegaskan, volume penjualan global televisi 3D ternyata hanya akan mencapai total 4,2 juta unit. iSuppli mengakui, televisi 3D memang berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan jangka panjang pasar global televisi. Namun untuk jangka pendek, iSuppli menyebutkan, Smart TV adalah pendorong pertumbuhan utama.
Pada 2010, iSuppli menemukan, televisi 3D hanya dibeli oleh konsumen yang memiliki anggaran belanja nyaris tidak terbatas,dan antusias mencoba teknologi baru. Sementara itu, sebagian besar konsumen yang lain enggan membeli televisi 3D karena sejumlah kendala.
“TV 3D masih menghadapi sejumlah tantangan besar. Antara lain harga yang masih terlalu tinggi, konten yang masih sangat terbatas, serta rendahnya tingkat interoperabilitas. Sebaliknya, Smart TV tidak menghadapi kendala-kendala tersebut,” tutur Patel.
iSuppli mencermati, para produsen televisi terbesar di dunia seperti Samsung Electronics Co Ltd,LG Electronics Inc,Sony Corp, Panasonic Corp, dan Sharp Corp pada saat ini sudah menawarkan Smart TV. Produk-produk tersebut pada saat ini tersedia dengan ukuran layar mulai 24 inci hingga 65 inci.
“Dengan Smart TV, pengguna juga bisa menonton video online secara lebih nyaman, daripada di layar komputer atau smartphone yang berukuran lebih kecil,” ujar Analyst Television System Research iSuppli, Tina Tseng.
Berkat dukungan konten dan keberagaman pilihan, iSuppli memperkirakan, volume penjualan global Smart TV akan bertumbuh rata-rata 50 persen mulai 2010 hingga 2014. Khusus untuk 2010, iSuppli menyebutkan, volume penjualan global Smart TV bahkan mampu meraih pertumbuhan 124,9 persen. Karena itu, iSuppli mempercayai, volume penjualan global Smart TV pada 2014 akan menembus angka 148,3 juta unit.
Beda dengan iSuppli, Sony justru berpendapat bahwa tingkat adopsi untuk TV 3D dengan teknologi terbaru akan jauh lebih cepat dibandingkan HDTV. Diperkirakan TV 3D akan menjadi sangat populer di tahun 2011.
Seperti diketahui, perusahaan Jepang ini medukung teknologi 3D ke semua sumber daya, termasuk dukungan melalui konten PlayStation 3. Yang paling penting, TV set yang mendukung 3D melalui serangkaian perangkat baru Bravia.
President of Sony Computer Entertainment Europe, Andrew House, seperti dilansir Softpedia mengatakan, “Di Inggris Anda melihat dorongan yang kuat oleh lembaga penyiaran seperti Sky, yang melihat potensi besar dalam teknologi 3D yang menyetir TV HD,” tambahnya. Selain itu, kata House, teknologi 3D akan sangat membantu pengalaman game secara keseluruhan.
Teknologi terus berubah dan berkembang. Pada saatnya nanti, bukannya tidak mungkin kita justru bisa melihat kolaborasi antara 3D dan SmartTV.