Proyek metaverse bernama Virtual Black Stone Initiative yang direncanakan Pemerintah Arab Saudi terus menjadi perbincangan publik. Melalui proyek itu umat Islam di seluruh dunia akan mendapat pengalaman melihat Ka’bah dan Hajar Aswad melalui VR.
Sebelum santer tentang Virtual Black Stone Initiative, perbincangan terkait metaverse telah mencuat setelah pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengungkapkan visinya membangun dunia virtual. Perusahaannya pun memakai nama Meta sebagai induk Facebook.
Mengutip The Verge, metaverse sebagaimana imajinasi Mark Zuckerberg merupakan dunia virtual yang di dalamnya seseorang merasakan pengalaman seperti nyata. Pengalaman itu terkait kemutakhiran teknologi.
Mengutip Wired, metaverse bukan konsep baru. Konsep itu sudah diperkenalkan Neal Stephenson, pada 1992. Saat itu, konsep metaverse merujuk dunia virtual yang menggabungkan aspek fisik dan digital.
Tak hanya Mark Zuckerberg, CEO Microsoft Satya Nadella dalam akun Twitter, juga membicarakan tentang metaverse. Menurut dia, metaverse merupakan teknologi yang tidak hanya mengubah cara melihat dunia. Tapi juga seseorang dapat berpartisipasi di dalam metaverse.
“Dalam arti tertentu, metaverse memungkinkan kita untuk menanamkan komputasi ke dunia nyata,” katanya. Nadella menambahkan, komputasi itu akan menghadirkan dunia nyata ke ruang digital.
Metaverse setidaknya mengombinasikan 5 teknologi, yaitu media sosial, gim daring, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan cryptocurrencies, seperti dikutip dari Investopedia. Adapun melalui lima teknologi itu, seseorang dalam metaverse merasakan pengalaman seperti dunia nyata, karena virtual yang interaktif.
Dari lima teknologi itu, VR dan AR merupakan dua yang terpenting. VR akan menghadirkan dunia virtual secara visual. Aspek visual dari metaverse seperti dalam kenyataan. Sedangkan AR akan membuat pengguna merasakan audio dan sensorik, sehingga dapat berinteraksi dalam metaverse.