BISKOM, Jakarta – Ada banyak pakar hukum yang dimiliki Negara, tetapi hanya Prof. Dr. Hatta Ali, SH, MH, satu satunya yang sangat pantas disebut sebagai Maestro dibidang hukum, yang mampu menata dan melakukan banyak terobosan hukum.
Berawal dari terusik nya hati sang maestro, ketika mendapatkan hasil pengkajian yang dilakukan Sabastian Pompe selama 30 tahun ditemukannya kondisi lembaga peradilan di era reformasi dinilai sangat lemah, akibat banyaknya kualitas putusan yang lemah, tunggakan perkara yang tinggi, profesionalita dan integritas hakim yang dipertanyakan, proses dan managemen perkara yang tidak tertata, serta lemahnya independensi lembaga peradilan yang menjadi isu serius yang selalu digoreng setengah matang oleh media domestik dan luar negeri.
Maka keterusikan Hatta Ali, yang pada saat usia remajanya di kota Makassar, sangat nakal, tidak pernah mau belajar, karena setiap hari kerjanya hanyalah nongkrong bersama geng motornya, bahkan tak jarang terlibat tawuran jika mendengar ada pacar temannya diganggu, yang kadang membuat banyak gadis cantik tapi centil ingin menjadi kekasih lelaki jangkung, berparas ganteng mirip keturunan Arab ini.
Namun pada akhirnya dia menjatuhkan pilihan hatinya pada wanita bernama Titik, yang hingga saat ini awet menjadi isteri setia, dan karena Doa dari seorang isteri itulah menjadikan Hatta Ali berhasil sukses sepanjang hidupnya, lalu mampu secara cerdas menilai bahwa hasil kajian Tompe itu menunjukan situasi yang kompleks, persoalan yang sistemik yang mengakibatkan sejumlah fungsi dilembaga MA melemah akibat macetnya mesin-mesin peradilan.
Sehingga untuk membenahi MA saat itu, Hatta Ali yang merupakan KMA ke 13, yang bagi banyak orang dianggap menakutkan dan membawa sial, justru di era maestro hukum inilah putra terbaik Makassar, anak Saudagar kaya raya, yang tidak mau menjadi pengusaha, lalu bangkit menata lembaga MA yang membutuhkan kerja keras dan dukungan berbagai pihak.
Akibatnya muncullah ide jeniusnya menata manajerial MA melalui perbaikan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kucuran dana besar dari pihak pemerintah, serta merekrut para akademisi handal dari anak bangsa.
“Mustinya pembaharuan itu akan terus menerus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis, sejalan dengan dinamika hukum yang hidup ditengah masyarakat pencari keadilan, sekalipun hal itu akan menemukan banyak tantangan.” ungkap Hatta Ali saat berbincang panjang dengan penulis yang mengenalnya sejak menjadi Cakim di PN Jakarta Utara, (1982), hingga tengah malam dikediaman sang maestro dikawasan Modern Land, Tangerang belum lama ini.
Lebih lanjut KMA yang paling fenomenal ini sempat berdialog keras saat membangun gedung MA yang kini berdiri megah dan tingginya melampaui istana negara yang saat itu nyaris tak mungkin bisa terwujud, karena menjaga image serta wibawa Presiden RI.
Itulah sebabnya mengapa Hatta Ali sangat layak mendapat sebutan gelar bergengsi sebagai seorang maestro dibidang hukum. Karena sesungguhnya rahasia Ilahi yang terdapat pada nama yang diberikan oleh ayahnya Almarhum Haji Ali, adalah agar dia menjadi pemimpin terkenal seperti Wapres Mohammad Hatta, dan pemberani serta jujur seperti Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, seorang pemimpin cerdas sekaligus sahabat Muhammad Rasulullah SAW. (Emil F Simatupang)