Pemerintah kita telah meluncurkan SNI Pusat Data, dengan SNI 8799 di tahun 2019. SNI ini semakin menyempurnakan salah satu strategi pemerintah kita untuk meratifikasi Perjanjian Paris ke dalam UU Nomor 16 Tahun 2016.
Dan ini juga diamanatkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dan salah satu pilarnya adalah RPJPN dengan fokus pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainability) dan berkualitas dengan tetap memerhatikan aspek lingkungan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya saing bangsa serta meningkatkan modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang.
Ini semakin menarik, karena sekarang harusnya kita bicara Pusat Data Hijau. Sambil menunggu rencana pemerintah yang akan mengeluarkan standarisasi terkait Pusat Data Hijau, maka coba kita telaah apa yang harus kita persiapkan.
Pertama, target standarisasi data center / pusat data Anda. Ini yang harus saya katakan di awal. Mengapa? Karena kebanyakan data center, pusat data atau ruang server kita memang dibangun tanpa mengikuti standar. Kita lebih berfokus kepada agar perangkat kita bisa disimpan dalam ruang khusus, yang kita kenal dengan pusat data, ruang server atau data center, tapi tanpa perencanaan yang tepat. Standar mana yang harus kita ikuti, ini pertanyaan selanjutnya.
Saat ini beberapa standar internasional kehandalan pusat data untuk industri antara lain: (1) Uptime Institute (UTI); (2) TIA 942-B; (3) ANSI/BICSI 002-2019; (4) EN 50600; (5) ISO/IEC 22237, dan terakhir tentu adalah (6) SNI 8799:2019.
Maka untuk anda yang memiliki budget cukup, bisa menggunakan standar internasional. Karena memang untuk memenuhi standar ini perlu budget yang tidak sedikit. Nah, ini yang menarik, ada opsi terakhir SNI 8799:2019.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia telah menerbitkan SNI 8799:2019 — Teknologi Informasi — Pusat Data, yang terdiri dari: (1) Buku 1 — Panduan Spek Teknis Pusat Data; (2) Buku 2 — Panduan Manajemen Pusat Data; (3) Buku 3 — Panduan Audit Pusat Data.
Silahkan sempatkan diri untuk mempelajari isi dari SNI 8799:2019 melalui halaman ini
Kedua, fokus di efisiensi fasilitas data center. Setelah mempelajari dokumen SNI 8799 dan standar internasional lainnya, maka kita bisa melihat adanya energy saving.
Bila kita perhatikan, maka pusat data hijau harus menjadi konsentrasi kita saat ini. Karena tingginya penggunaan energi listrik di ruang server, data center kita.
Ketiga, gunakan perangkat yang mendukung peralatan “hijau”. Salah satunya adalah dengan melihat logo ENERGY STAR yang disematkan di berbagai perangkat IT yang ada. Untuk bisa melihat hal ini bisa juga mengakses ke website Energy Star di https://www.energystar.gov/ . Di negara lain juga ada standar yang dikeluarkan seperti China Energy Label, serta di Eropa.
Keempat, mulai dengan pengukuran efisiensi. Untuk bisa mendapatkan hal ini, tentu harus dimulai. Terutama untuk data center, ruang server yang dibangun sejak 10-20 tahun yang lalu. Dimana sebagian besar perangkat mungkin belum mengadoptasi green energy. Pengukuran efisiensi ini tentu dimulai dengan :
- Mengukur daya listrik yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur daya yang diperlukan tiap perangkat yang ada. Bila menggunakan pengukuran di sisi panel utama maka kita mendapatkan daya per beban panel yang ada. Bila ingin mengukur lebih detail maka bisa menggunakan smart PDU di tiap rak yang ada.
- Mengukur suhu dan kelembaban. Suhu yang tinggi (panas) dan kelembaban yang rendah (lembab) akan membebani kerja pendingin ruangan yang ada. Maka sangat penting untuk bisa mengukur suhu dan kelembaban yang ada, baik dalam skala ruangan, ataupun lebih baik dalam skala per rak.
- Mengukur CPU perangkat. Bila kita perhatikan, perangkat-perangkat dengan CPU yang tinggi akan mengakibatkan prosesor bekerja lebih, dan memberikan panas ke perangkat. Bila rata-rata perangkat kita mencapai 70% CPU Utilisasi nya, maka jelas perangkat akan bekerja ekstra dan perangkat menjadi lebih panas. Harus dicek apa penyebab CPU ini meningkat bila biasanya tidak tinggi.
- Mengukur Disk utilisasi. Bila utilisasi disk yang tinggi, mungkin karena tingginya penggunaan harddisk yang ada.
Kelima, memastikan energi dengan pendekatan CRUR. Salah satu cara yang kami lakukan adalah mengukur energi efisiensi data center, pusat data, ruang server, dengan mengukur semua hal yang bisa kita ukur. Maka CRUR akan mengukur, memonitor semua hal diatas, yang bisa membantu analisa kita terhadap fasilitas yang ada. CRUR (Computer Room Utilization Ratio) dikembangkan oleh EPI, dimana PT DCMS menjadi mitra di Indonesia.
Pendekatan CRUR bisa digunakan untuk mengukur penggunaan energi yang ada di fasilitas ruang server / data center kita. Nilai CRUR ini didapat dari mana? Dari berbagai perangkat Environment Monitoring System (EMS) , DCIM (data center infrastructure management) dan NMS (network monitoring system) yang ada.
Maka strategi bagi anda para pemilik data center, ruang server dan pusat data, untuk bisa mendapatkan nilai-nilai masukan ke pengukuran CRUR, dengan tetap memperhatikan SNI 8799:2019 yang telah kita punyai.