Jakarta, Biskom– Para pakar senior di berbagai bidang terkait Iptek dan inovasi yang tergabung dalam Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) memiliki semangat dan komitmen untuk selalu turut aktif memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa.  Perkumpulan ini telah mendapat pengesahan melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM no. AHU – 0001955.AH.01.07.Th 2023 dengan nama “Pusat Kajian Teknologi dan Inovasi“.

CTIS memiliki misi sebagai mitra pemerintah, industri dan para pemangku kepentingan dalam memajukan Iptek dan inovasi untuk kemajuan bangsa melalui pengkajian, pengembangan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan konsultansi.

Dengan kepakaran dan akumulasi pengalaman selama puluhan tahun dalam penelitian, rekayasa, industri maupun pemerintahan, CTIS bertekad menjadi sumber referensi baru Iptek di Indonesia. Untuk mewujudkan visi dan misinya, CTIS bekerjasama dengan berbagai pihak menyelenggarakan berbagai kegiatan terkait iptek dan inovasi.

Memperingati Hari Kebangkitan Nasional, CTIS bersama Asosiasi Daya Riset dan Inovasi Nasional (Asosiasi DRIN) dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menggelar Seminar Nasional Hari Kreativitas dan Inovasi Dunia di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (20/5/2023). Seminar ini menghadirkan tujuh inovator Indonesia yang dikenal secara internasional.

Wakil Ketua CTIS yang juga Ketua Asosiasi DRIN, Dr. Bambang Setiadi menyampaikan bahwa perkembangan Iptek dan kemampuan manusia membuat kreativitas dan inovasi menjadi tidak terbatas. Karena itu, SDM yang unggul dan mampu bersaing di tingkat global menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.

Transisi menuju energi hijau juga menjadi perhatian CTIS melalui pertemuan di Jakarta pada Rabu (7/7/2023). Pertemuan tersebut membahas potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia untuk menggantikan energi fosil, seperti energi surya, energi air, bio energi, angin, panas bumi dan gelombang laut.

 “Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi untuk bergerak ke kebijakan transisi dari energi fosil menjadi energi yang lebih hijau guna mencapai target NZE 2060, namun perlu terus didukung dengan perencanaan yang rinci dan berlanjut,” tegas Ketua Komisi Energi CTIS, Dr. Unggul Priyanto, yang juga Perekayasa Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sementara itu, Ahli Energi Terbarukan CTIS, Dr. Arya Rezavidi menyodorkan pilihan penggunaan transportasi massal bertenaga listrik, termasuk penggunaan diesel elektrik seefisien mungkin di jalur-jalur kereta api. Upaya penggunaan energi listrik untuk berbagai sektor kehidupan perlu terus didorong mengingat saat ini PLN kelebihan pasokan listrik.

Pada pertemuan hari Rabu (21/6/2023), CTIS membahas peran penting teknologi dan inovasi dalam kebencanaan antara lain penerapan teknologi geospasial, sistem komunikasi darurat, internet of things (IoT), big data & analysis serta kecerdasan buatan.

Pada pertemuan tersebut, Dewan Pengarah CTIS, Prof. Indroyono Soesilo memperagakan simulasi Chat Box AI dengan menetapkan lokasi Lintang-Bujur sebuah pusat gempa bumi dengan kekuatan 6,5 Skala Richter di wilayah Jawa Tengah.  Hanya dalam hitungan detik dapat dianalisis seberapa luas dampak bencananya, dan langkah-langkah darurat apa yang perlu diambil secara cepat oleh pihak otoritas maupun masyarakat.  Bila metoda Chatbox AI bisa menyebar ke seluruh Nusantara menggunakan sistem komunikasi darurat secara cepat  maka dampak bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin. 

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menjadi perhatian CTIS melalui pertemuan yang digelar pada Rabu (5/7/2023). Pembangunan IKN bisa menjadi momen pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia

Ketua  Komite TIK CTIS, Dr. Ashwin Sasongko menjelaskan betapa kerjasama lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan wajib dibangun apabila TIK ingin berkembang pesat di Indonesia,  dengan prosentase kandungan teknologi lokal yang semakin besar. 

Pembangunan sistem transportasi umum autonomous, baik primer maupun sekunder bertenaga listrik di IKN membuka peluang bagi TIK untuk diterapkan secara optimal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang maksimal.

Potensi keantariksaan yang besar di Indonesia dikupas dalam pertemuan CTIS pada Rabu (12/7/2023). Namun, Indonesia membutuhkan adanya kebijakan nasional tentang keantariksaan dan peta jalan pengembangan industri satelit di tanah air agar potensi penerapan teknologi antariksa semakin optimal dengan investasi kemampuan sumber daya manusia yang semakin mumpuni.

Diskusi ini menghadirkan Direktur Utama PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN), Ir. Adi Rahman Adiwoso, salah seorang perintis pembangunan satelit Palapa A-1 lebih 48 tahun lalu bersama tokoh persatelitan Indonesia, Alm. Profesor Iskandar Alisyahbana. 

PSN baru saja meluncurkan Satelit Satria-1, pada 18 Juni 2023 dari Tanjung Canaveral, Florida AS, dan mulai akhir 2023 nanti akan melayani 50.000 titik jaringan internet diseluruh Indonesia. Investasi swasta yang dibenamkan untuk pembangunan Satelit Satria-1 mencapai Rp 8,1 triliun, yang nantinya akan disewa oleh Pemerintah untuk melayani daerah daerah terluar, tertinggal, dan terdepan Indonesia. 

Komite Pangan dan Obat CTIS pada Rabu (9/8/2023) menggelar diskusi mengenai potensi rumput laut sebagai pupuk organik ramah lingkungan. Selain bisa meningkatkan produktivitas tanaman, pupuk organik dari rumput laut juga bisa mendukung upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.

Pada kesempatan itu, dua praktisi rumput laut George Riswantyo dan Kevin Lovett dari Siwid Impact memaparkan kelebihan pupuk organik berbasis rumput laut. Pupuk organik ini sangat menguntungkan karena 100% dihasilkan di dalam negeri sehingga harga lebih bersaing dibanding pupuk kimia, dan bisa kembali menyuburkan tanah. 

Konsumen juga mendapatkan produk pertanian yang lebih sehat serta jejak emisi karbon yang lebih rendah yang berarti ramah terhadap perubahan iklim.

Penggunaan pupuk cair dan pupuk padat dari rumput laut telah di ujicoba  di Desa Kutamukti, Kabupaten Karawang, Jawa Barat;  di 11 Desa di Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan  dan Kabupaten Bombana, ketiganya di Provinis Sulawesi Tenggara; serta di Kabupaten Tabanan, Bali.

Untuk tanaman padi, hasil rata rata panen bisa mencapai 5,1 ton/hektare atau terjadi peningkatan jika dibandingkan penggunaan pupuk kimia yang hasilnya sekitar 4 ton/hektare. Pupuk organik dari rumput laut ini juga sudah dicobakan pada tanaman hortikultura, seperti sayur mayur dan tanaman buah buahan dengan hasil memuaskan.

Anggota CTIS, Professor Harijono Djojodihardjo menggaris bawahi perlunya kebijakan pemerintah yang menyeluruh agar penggunakan pupuk organik, seperti pupuk dari rumput laut ini bisa diterapkan secara masal.

Hal itu juga disarankan anggota CTIS yang lain, Dr. Idwan Soehardi yang menyampaikan perlunya dibangun ekosistem yang utuh untuk penggunaan pupuk organik dengan sub-sistem sub-sistem yang lebih jelas, termasuk ragam pupuk organik yang tepat untuk jenis tanaman yang spesifik.

Ketua CTIS, Dr. Wendy Aritenang mendukung penggunaan pupuk organik. Terutama jika dikaitkan isu penurunan emisi karbon dari sektor pertanian. Pupuk organik, seperti dari rumput laut ini, tingkat emisi karbonnya dan “footprint” karbonnya  lebih rendah dibanding emisi karbon dari pupuk kimia.

Sementara itu, pertemuan CTIS pada Minggu (27/8/2023) membahas perlunya Indonesia untuk terus meningkatkan kemampuan tangguh bencana agar mampu mengurangi risiko bencana hingga seminimal mungkin.

Diskusi menghadirkan Komite Kebencanaan CTIS, Dr. Raditya Jati, Deputi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang berbicara tentang sistem dan strategi penanggulangan bencana di tanah air pasca tsunami Aceh tahun 2004.

Menurut Radita Jati, sejak Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, telah banyak upaya dilaksanakan pemerintah dan masyarakat untuk memitigasi dan mempersiapkan diri bila bencana sebesar itu kembali muncul.

Berbagai langkah guna mengurangi dampak bencana, diawali dengan penyediaan data yang akurat dan berlanjut menggunakan teknologi informasi, seperti data digital geospasial, data risiko yang dikenal sebagai INARISK, Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) serta beragam data peringatan dini lainnya.

Diharapkan melalui berbagai penyediaan data yang sahih ini maka pengelolaan risiko bencana dari tahap perencanaan, mitigasi, hingga tanggap darurat, kemudian pemulihan dan rekonstruksi dapat dilaksanakan secara cepat, efisien dan berlanjut.

Ketua CTIS, Dr. Wendy Aritenang mengingatkan bahwa terkadang kewenangan sektor tentang suatu permasalahan dialihkan ke institusi khusus seperti BNPB ini, namun tidak didukung oleh sarana, prasarana serta dana yang memadai. Ini bisa mengakibatkan kewenangan sektor tadi tidak berfungsi, di lain pihak lembaga yang ditugasi untuk menangani permasalahan tadi juga tidak bisa berfungsi.

Khusus berkaitan dengan upaya mengurangi resiko bencana, perlu dilaksanakan arahan Presiden Joko Widodo, yaitu agar tata ruang dan perizinan pembangunan harus berbasis mitigasi bencana. Presiden juga menginstruksikan agar dilakukan identifikasi resiko bencana di daerah masing masing. Serta tidak lupa, perlu disediakan anggaran yang memadai.

Sedang Dr. Idwan Soehardi mengingatkan pentingnya membangun kembali Indonesia Tsunami Early Warning System (INA-TEWS) yang sudah beroperasi sejak 20 tahun terakhir namun saat ini terhenti. Peran detektor INA-TEWS yang terakhir adalah berhasil memantau tsunami di Laut Banda pada Maret 2022.

CTIS juga mendukung gelaran akbar Artificial Intelligence Innovation Summit 2023 (AIIS 2023) yang diselenggarakan secara hybrid pada 10-12 Agustus 2023 oleh Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA).

AIIS 2023 yang mengusung tema “Democratizing Artificial Intelligence For All” merupakan kegiatan konferensi dan pameran yang menampilkan perkembangan dan pemanfaatan beberapa inovasi kecerdasan buatan terkini, baik secara global maupun lokal di Indonesia.