Jakarta, Biskom– Di tengah maraknya wacana pertambangan nikel pada debat Capres dan Cawapres Indonesia tahun 2024, NGO lingkungan hidup Perkumpulan Telapak mengambil sikap proaktif dengan menyelenggarakan acara bincang-bincang secara hybrid yang menggugah pikiran bertajuk “Talkshow Nikel: Peluang atau Petaka?”.

Talkshow ini menyoroti peran penting nikel dalam lanskap sosio-ekonomi Indonesia dan potensi dampak buruknya terhadap lingkungan jika tidak ditanggulangi. Perkumpulan Telapak juga mengundang WALHI sebagai narasumber talkshow, dan dihadiri NGO lain seperti JATAM dan Auriga Nusantara, mahasiswa, dan media.

Melengkapi talkshow tersebut, Perkumpulan Telapak menampilkan video dokumenter kunjungan lapangan mereka lokasi pertambangan, terkhusus PT. Trimegah Bangun Persada. Video tersebut memberikan gambaran mendalam mengenai realitas operasional penambangan nikel yang tidak semuanya buruk. Melalui penyampaian cerita secara visual, Perkumpulan Telapak bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara wacana dan kenyataan di lapangan.

“Kami percaya bahwa pemahaman komprehensif mengenai industri nikel sangat penting. Acara ini menyampaikan fakta di lapangan, dimana PT. TBP sudah punya upaya bagus menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Tidak ada pembuangan limbah ke laut, beberapa kelompok masyarakat desa juga sudah dilibatkan dalam aktivitas ekonomi, sekarang tinggal ditingkatkan dan diperluas upaya bagusnya,” menurut Muhammad Djufryhard, Coordinator Media Site Visit Telapak.

Tidak hanya pemutaran video, Perkumpulan Telapak juga memaparkan hasil studi sosial komprehensifnya. Kajian tersebut bahkan mengungkapkan kalau perusahaan sejauh ini sudah terlihat berbagai upaya untuk menanggulangi dampak kerusakan dan tetap memberdayakan masyarakat sekitar. Meski begitu, WALHI tetap menyoroti agar PT. Trimegah Bangun Persada tetap memperhatikan potensi dampak kerusakan lingkungan yang mungkin timbul.

“Pulau Obi saat ini sudah dikelilingi oleh 19 tambang nikel. Kerusakan lingkungan pasti tak terhindarkan. Perlu adanya perubahan paradigma kebijakan secara menyeluruh yang mengarah pada proteksi lingkungan dan masyarakat lingkar tambang. Upaya Telapak perlu diapresiasi, tinggal bagaimana cara mengawalnya secara menyeluruh,” ujar Fanny Tri Jambore, Manajer Kampanye Tambang & Energi WALHI.

Talkshow ini tidak bersifat satu arah, sesi tanya jawab secara hybrid dibuka untuk peserta yang hadir. Perwakilan NGO lain yang hadir, mahasiswa, hingga media memberikan pandangannya. Sebagai bagian dari upaya advokasi, mereka melihat secara positif upaya yang dilakukan Perkumpulan Telapak karena bisa sampai masuk ke dalam dan mengetahui operasional tambang. Sehingga, dapat menghasilkan video dokumenter dan kajian sosial terhadap PT. TBP.

“Kajian dari Telapak perlu disambut baik. Semoga acara ini menjadi wadah untuk tetap mengembangkan pemikiran dan menelusuri lebih dalam topik ini. Sehingga, informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di Pulau Obi dapat dipahami oleh masyarakat luas.” respon dari Muhammad Jamil, Kepala Divisi Hukum dan Kebijakan JATAM. Perkumpulan Telapak berkomitmen untuk melakukan kegiatan serupa di luar Jakarta. Organisasi ini bertujuan untuk memperluas dialog ke berbagai wilayah, melibatkan komunitas lokal, perusahaan, akademisi, hingga masyarakat umum. (red/)