Sadar bahwa jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook sudah sangat populer dan banyak digunakan oleh masyarakat, Batan memanfaatkannya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir untuk perdamaian dan kesejahteraan.
DEPUTI Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Ferhat Aziz mengatakan, pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh agama maupun tokoh masyarakat lainnya serta pengangkatan Duta Nuklir merupakan sesuatu hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengatur strategi sosialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir di tahun 2013 mendatang. Apalagi, saat ini, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan iptek nuklir masih relatif rendah. Hal ini dimungkinkan terjadi karena masyarakat masih belum banyak yang mengetahui kegiatan sosialisasi iptek nuklir yang telah dilakukan di berbagai media.
“Masyarakat justru lebih tahu bahwa manfaat nuklir untuk senjata dan pembangkit listrik,” lanjut Ferhat. Batan, melalui satuan kerja yang dipimpinnya, sudah banyak melakukan kegiatan sosialisasi iptek nuklir, termasuk dengan menggandeng tokoh-tokoh agama. Namun dari hasil jajak pendapat beberapa bulan lalu menggambarkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat iptek nuklir, meskipun dukungan terhadap rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) makin meningkat dari 49,5% pada tahun 2011 menjadi 52,93%.
Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil jajak pendapat ini akan digunakan sebagai penyusunan strategi kedepan dibidang diseminasi iptek nuklir baik pemilihan media maupun materi yang akan dikombinasikan dengan data-data yang ada. Harapannya adalah masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu kemudian dapat menerima pemanfaatan iptek nuklir. “Apapun hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh surveyor ini, menjadi masukan yang baik kedepannya”, tutur pria kelahiran Curup Bengkulu, 10 November 1958 ini.
Ferhat Aziz sebelumnya menjabat Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas Batan. Saat ini dia aktif di Sekjen Himpunan Masyarkat Nuklir Indonesia, lulusan dari Universitas Indonesia (Fisika, 1983),North Carolina State University (MS, Nuclear Engineering, 1992) dan Tokyo Institute of Technology, Jepang (Doktor, Nuclear Engineering, 1996), berprestasi hingga akhirnya ia memperoleh beasiswa dari Batan.
Sampai saat ini, Ferhat terus aktif mensosialisasikan Iptek Nuklir untuk tujuan damai kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri dengan mengadakan kegiatan seminar nasional maupun internasional membuatnya dikenal berbagai media. Berikut petikan wawancaranya dengan BISKOM.
Untuk mensosialisasikan iptek nuklir, pemerintah mencanangkan program dengan moto Nuclear for Peace and Nuclear for Welfare. Sejauh mana peran serta masyarakat dalam mensukseskan program tersebut?
Peran serta masyarakat dalam mensukseskan program tersebut, belum sepenuhnya dimengerti oleh sebagian masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam suatu komunitas dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait efektivitas kampanye manfaat nuklir untuk kehidupan yang lebih baik, dirasakan cukup mendesak untuk segera dilakukan. Sosialisasi lewat media memang cukup efektif. Masih harus terus dilakukan sambil mencari pola yang dianggap paling baik dalam pemberdayaan dan peranserta masyarakat khususnya LSM dan Komunitas yang peduli untuk mensukseskan program ini.
Apa target yang ingin dicapai dari sosialisasi tersebut?
Target kami adalah pemahaman masyarakat yang utuh, tidak hanya dari segi bahaya-nya namun juga manfaat dari penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai serta untuk kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut termaktub dalam prioritas nasional tentang energi di Inpres 14/2011 tentang percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional. Karenanya, kami harapkan peran Jurnalis dalam memberitakan atau menginformasikan tentang manfaat atau faedah tenaga nuklir agar masyarakat lebih memahaminya secara holistic.
Berkaca dari hasil Jajak pendapat yang baru diumumkan, langkah apa yang akan dilakukan Batan terkait pemanfaatan iptek nuklir?
Hasil jajak pendapat merupakan suatu refleksi apa yang terjadi di masyarakat, seperti sosialisasi dengan metode tatap muka (face to face) baru 1 % masyarakat yang pernah mendapatkan sosialisasi tentang PLTN, termasuk persepsi masyarakat yang tidak setuju dengan PLTN dan menganggap bahwa PLTN itu berbahaya masih tinggi. Jajak pendapat ini akan menjadi masukan Batan kedepan dalam melaksanakan sosialisasi yang efektif di bidang energi maupun non energi, karena sosialisasi pemanfaatan iptek nuklir di bidang pertanian, kesehatan, teknologi informasi (TI) dan lain-lain juga sangat penting. Media elektronik yang dinilai sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan sosialisasi iptek nuklir, akan menjadi pacuan kita, termasuk berita di televisi yang sangat berdampak itu bisa menjadi good news di masyarakat.
Selain energi, fokus Batan lebih mengarahkan kepada nuklir dapat dimanfaatkan di bidang non energi, bisa dijelaskan?
Sebetulnya banyak hal yang dapat disumbangkan nuklir terhadap permasalahan yang ada di dunia ini. Mungkin yang paling besar gaungnya adalah nuklir untuk energi, karena dia merupakan sumber energi yang massif.
Memang diakui, nuklir untuk energi masih kontroversial di negeri ini bahkan di banyak negara, sehingga fokus Batan lebih mengarahkan kepada nuklir dapat dimanfaatkan di bidang non energi, misalnya dalam menunjang program ketahanan pangan. Karena masyarakat saat ini lebih menerima nuklir untuk pangan dibandingkan nuklir untuk energi.
Apa saja hasil-hasil iptek nuklir untuk pangan yang telah dihasilkan Batan?
Dengan memanfaatkan teknologi nuklir, Batan telah membantu pemerintah dalam menyediakan bibit-bibit padi yang memiliki keunggulan, antara lain berumur pendek, tahan terhadap hama dan kekeringan. Satu-satunya teknologi yang diakui paling ampuh untuk memperpendek umur tanaman adalah dengan teknik nuklir, dengan iradiasi namanya. Batan telah menghasilkan 20 varietas padi unggulan hasil mutasi radiasi seperti Mira I, Bestari, dan Inpari Sidenuk, atau sekitar 10% dari seluruh varietas padi nasional. Varietas hasil litbang Batan telah ditanam pada lebih dari 3 juta hektar lahan pertanian sejak tahun 2000 dan terdistribusi di 24 provinsi. Di samping itu, Batan pun sudah menghasilkan kedelai, kacang hijau, dan kapas hasil mutasi radiasi. Bahkan tidak lama lagi Batan akan memperkenalkan varietas sorghum yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pengganti gandum untuk mie instan.
Bagaimana dengan bidang TI yang berkaitan dengan nuklir?
Dewasa ini, tentunya semua bidang tak dapat dipisahkan lagi dengan TI. Seperti kita ketahui dalam beberapa tahun belakangan, begitu dahsyatnya TI, sehingga bisa menciptakan ‘senjata super’ cyber yang dapat menyerang sebuah stasiun tenaga nuklir di Iran. Hanya dengan sebuah virus komputer yang disebut Stuxnet, dapat menginfeksi lebih dari 45.000 jaringan di seluruh dunia, serta mampu menyerang infrastruktur dunia nyata seperti pembangkit listrik dan pembangkit tenaga air.
Sebaliknya dengan TI, ahli nuklir dapat membuat model reaktor nuklir pada layar komputer dan tidak lagi perlu membuat model sebenarnya. Hal ini juga untuk menghindari biaya dan resiko bahaya nuklir karena mengandung radiasi yang tinggi.
Bagimana Batan mensosialisasikan iptek batan kepada masyarakat?
Kami memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter agar masyarakat semakin paham mengenai iptek nuklir. Bukan saja bagi masyarakat Indonesia, Batan juga berkomitmen untuk membantu negara-negara tetangga seperti Myanmar dan Kamboja, yang masih belajar dengan teknik nuklir untuk makasud-maksud damai dan demi kesejahteraan, khususnya di bidang pertanian. •DJUANDA