DARI sekian produk bundling yang ditawarkan setiap penyelenggara telekomunikasi, terlihat Smartfren yang satu-satunya mempunyai handset sendiri. Penyedia layanan telekomunikasi berbasis CDMA EVDO dengan slogan “anti lelet” ini telah memperkenalkan smartphone terbarunya, seperti Smartfren Andromax V, New Andromax I dan Smartfren Andromax C.
“Smartfren berbeda dengan yang lain. Pengadaan device handset dilakukan sendiri oleh Smartfren, mulai dari awal kita menyusun spesifikasi, requirement, menentukan vendor, hingga mengurusi masalah importasi dan segala macamnya. Begitu pula dengan pengembangan aplikasi dihandle sendiri,” ujar Sukaca Purwokardjono, Division Head of Core Product Smartfren.
Ia juga menambahkan, setiap handset yang dikeluarkan Smartfren selalu mendapat respon yang baik dari masyarakat. Dicontohkannya, Andromax I generasi sebelumnya telah berhasil terjual sebanyak 355 ribu hanya dalam waktu 6 bulan. Diharapkan, dengan hadirnya New Andromax I bisa mendapatkan sekitar 200 ribu pelanggan baru dengan penjualan di atas 300 ribu unit di tahun ini.
“New Andromax I merupakan kelanjutan dari generasi sebelumnya dengan sejumlah peningkatan spesifikasi, seperti penggunaan prosesor yang lebih cepat 1,2GHz dual core dan sistem operasi sudah Android Jelly Bean,” ujar pria lulusan PPM Institute Management Jakarta ini.
Sambil menunjukkan handset Smartfren terbarunya, penggemar olah raga sepeda dan golf ini juga menjelaskan, produk yang dikeluarkan Smartfren merupakan teknologi superior dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk sekelasnya. “Inilah salah satu yang menjadi daya tarik masyarakat untuk menggunakan produk Smartfren.”
Berbagai strategi yang dilakukannya telah membawa Smartfren mencapai 11 juta pelanggan di akhir 2012 lalu. Tidak salah bila Indonesia Cellular Award (ICA) yang terselenggara bersamaan dengan ICS 2013 ini menganugerahi Smartfren sebagai “The Best CDMA Operator” dan produk Smartfren Andromax U sebagai “The Best CDMA Phone”.
Lebih lanjutnya, berikut ini petikan wawancara BISKOM dengan Sukaca Purwokardjono.
Apa rahasia sukses Smartfren sebagai The Best CDMA Operator di Indonesia saat ini?
Saya rasa yang pertama disoroti terlebih dahulu adalah dari sisi network terlebih dahulu. Saat ini BTS kami semuanya sudah berteknologi EVDO yang setara dengan 3,5G dengan speed download mencapai 3,1 Mbps. Bahkan di beberapa kota sudah berteknologi EVDO Rev. B yang bisa download mencapai 14,7 Mbps. Disini, konsumen yang memanfaatkan layanan kami tidak akan mengalami experience seperti menggunakan GSM dimana lokasi tertentu sinyalnya 3G tetapi di saat lain dapatnya 2G.
Kalau pakai smartphone seperti Blackberry dan Android yang EVDO dapatnya akan 3G terus. Kedua, dari sisi layanan kami memberikan tarif atau paketnya sangat murah sehingga konsumen melihatnya akan tertarik. Dan ketiga, pengadaan device handset dilakukan sendiri oleh Smartfren sehingga kami bisa menjual layanan sekaligus di saat yang sama kami berikan device-nya sebagai sarana untuk menikmati layanan Smartfren.
Seperti apa proses seleksi pengadaan device yang dilakukan Smartfren?
Tentunya melalui proses yang panjang, tetapi clue-nya adalah bahwa produk yang Smartfren keluarkan di pasar itu harus superior secara teknologi ataupun spesifikasinya, baik itu dari sisi chipset yang digunakan, design ataupun bentuknya yang lebih bagus dari yang lain maupun dari sistem operasinya. Sedangkan untuk memilih vendornya sendiri kami terapkan standar yang tinggi dengan melakukan testing yang sangat ketat sekali.
Lalu, bagaimana device yang superior ini bisa dijual dengan harga murah?
Sebenarnya bagi Smartfren yang dijual itu bukan device-nya tetapi service-nya, baik itu data, voice ataupun SMS. Device hanya sebagai sarana agar pelanggan bisa menikmati layanan kami. Jadi bagi Smartfren, device itu tidak mengambil untung yang besar tetapi yang terpenting pelanggan bisa menggunakan layanan dari Smartfren.
Kalau dilihat, dalam penyedian device selalu memilih brand asal China. Apakah ada rencana untuk menggandeng brand lokal?
Ada joke “God created the world and the rest was made in China”, jadi kalau dibilang sekarang ini apakah ada ponsel yang buatan Amerika? Tidak ada. Blackberry saja perakitannya di China, begitupula dengan iPhone.
Seiring perkembangannya, improvement yang dilakukan China dalam meningkatkan kualitas industrinya sangat besar sekali. Ini terjadi karena banyak perusahaan-perusahaan di China yang pabrik handphone-nya banyak mengakuisisi perusahaan di Eropa, contohnya TCL mengakuisisi Avatel sehingga standar kualitasnya diadopsi semua, mulai dari proses produksi, mesin-mesin, maupun teknologi yang dipakai. Jadi sekarang ini berbagai handset banyak dibuat China, karena kualitasnya sudah berstandar global. Maka itu kami memilih pabrikan China yang jelas-jelas sudah diakui dunia kualitasnya.
Sedangkan terkait menggandeng brand lokal sebenarnya sudah pernah kita lakukan bersinergi dengan brand lokal. Namun terkendala, biasanya secara kuantiti tidak sesuai dengan apa yang kami targetkan karena kalau mereka importasinya dari jumlah sedikit, kalau kami sekali importasi targetnya besar karena harus tumbuh cepat. Sehingga, mereka status hanya sebagai pelengkap saja belum menjadi primary kami punya device. Namun demikian, kami tetap berikan peluang kalau mereka punya barang dan ingin bundling dengan Smartfren.
Menurut Anda, apa yang perlu diperhatikan agar industri lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri?
Menurut saya, kalau di dunia usaha yang terpenting adalah regulasinya harus mendukung kesana. Di China itu industrinya tumbuh cepat karena pemerintahnya punya roadmap dan komitmen yang jelas untuk menumbuh kembangkan industrinya. Dari government sendiri memberikan pinjaman dimana instalmentnya sangat atraktif sehingga dunia usaha tertarik. Selanjutnya, adalah infrastrukturnya juga harus mendukung dan insentif terhadap pemain-pemain yang mensuplai terhadap industri tadi harus betul-betul diprasaranai dengan baik oleh pemerintah. Kalau tidak, maka tidak akan jalan.
Bagaimana tren kedepan dari telekomunikasi di tanah air?
Saya rasa tergantung dari bidangnya apa. Kalau behaviour konsumen pasti yang terjadi perubahan dari sisi perilaku dan sekarang ini sudah terjadi. Dimana dulu hanya voice, kemudian menyusul SMS, sekarang transaksi data yang dimulai tahun 2005 seiring tersedianya internet. Jadi behavior konsumen dari waktu ke waktu akan berubah mengikuti arah perkembangan teknologi. Kalau dari sisi pemainnya, saya rasa akan terjadi konsolidasi.
Dulu Indonesia itu merupakan negara yang operatornya terbanyak mencapai 12, namun pada akhirnya bersinergi sendiri seperti yang dilakukan Smart dan Fren. Jadi tinggal masalah waktu, saya perkirakan akhirnya akan tertinggal 3-5 operator saja. Sedangkan, pada bisnis handset ini akan terus ada dan berkembang, tidak pernah mati. Saat ini saja, di Indonesia setiap bulannya sekitar 4-5 juta handset yang terjual, dimana jumlah pemegang handset mencapai 150 juta dengan tingkat penggantian 2 tahun sekali perkonsumen pastinya bisnis handset pasarnya akan besar sekali. •ANDRI